Tapi buku adalah buku. Ia hanyalah sebuah kertas dan tinta semata. Yang membuat sebuah buku bisa sebegitu mengerikan, bertenaga dan mampu menghantui para penguasa adalah jiwa para penulisnya."Para penulis sebenarnya bisa berbuat banyak. Tetapi ada satu syaratnya: mereka mati agar pikirannya dapat hidup. Pikiran mereka itu harus diberi makan dengan daging dan darah mereka sendiri.Â
Mereka harus mengatakan apa yang mereka percayai benar, dan meraka mau menyerahkan darah mereka sebagi tebusan dari kebenaran itu. Pemikiran dan kata-kata kita tetap akan merupakan mayat yang kaku, sampai kita mau mati untuk kepentingannya dan kita sirami ia dengan darah kita. Lalu ia tumbuh menjadi hidup, dan hidup di antara orang-orang hidup" tulis Sayyid Quthb dalam bukunya Beberapa Studi Tentang Islam. Inilah faktor yang terbesar kenapa sebuah buku bisa dicap "terlarang".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H