Mohon tunggu...
Tanjaya Mahasiswa
Tanjaya Mahasiswa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Konten Arsitektur

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gereja Sion sebagai Cagar Budaya

15 Oktober 2024   17:13 Diperbarui: 15 Oktober 2024   17:28 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

SEKILAS GEREJA SION

Gereja Sion atau dikenal juga dengan nama Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Portugis Luar (Tembok Kota) berada di Jakarta Utara, tepatnya di sudut Jalan Pangeran Jayakarta dan Mangga Dua Raya, tak jauh dari Stasiun Jakarta Kota. 

Pada masa kolonial Belanda, gereja ini juga punya sebutan lain yakni 'Belkita' yang artinya 'di luar (tembok) kota'. Sudah berdiri sejak abad ke-17 membuat gereja ini menjadi salah satu yang tertua di Jakarta dan juga Asia Tenggara. 

Namanya Gereja Portugis, tetapi tidak didirikan oleh orang Portugis, melainkan orang Belanda bernama arsitek Ewout Verhagen. Belanda membangun Gereja Sion ini diperuntukkan bagi kaum Portugis Hitam (Mardijkers) yang dibawa dari tanah jajahan mereka di Asia. 

Orang-orang itu dibawa Belanda dengan status budak. Sesampainya di Batavia, Belanda menawarkan kemerdekaan bagi mereka dari status sebagai budak dengan syarat mereka mau berpindah agama dari Katolik (agama resmi bangsa Portugis) menjadi Kristen Protestan. Ketika mereka bersedia, Belanda lalu membuatkan gereja yang pada awalnya bernama De Nieuwe Portugeesche Buitenkerk ini. 

Kaum Portugis Hitam inilah yang nantinya akan menjadi cikal bakal leluhur penghuni Kampung Tugu di Semper, Jakarta Utara. Di sisi lain, Gereja Sion dibangun sebagai pengganti sebuah pondok terbuka yang sangat sederhana. 

Pondok ini sudah tak memadai bagi warga Portugis Hitam. Para tawanan Portugis dan para budak dari India, Portugis Mardijkers berstatus tawanan yang berasal dari Malaya dan India untuk beribadah. 

Sebagai tawanan, mereka dibawa ke Batavia oleh VOC bersamaan dengan jatuhnya wilayah kekuasaan Portugis di India, Malaya, Sri Lanka, dan Maluku. Dulu, di sekitar gereja ada ribuan makam. Sebagian yang dikuburkan di sana adalah korban aneka wabah yang melanda Batavia.

Gereja Sion selesai dibangun pada 1695 untuk menggantikan pondok kayu sederhana yang sudah tidak memadai bagi umat Portugis Hitam. Pembangunan fisik memakan waktu sekitar dua tahun di mana peletakan batu pertamanya dilakukan anak Gubenur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Pieter van Hoorn, pada 19 Oktober 1693. 

Peresmian gedung gereja dilakukan pada Minggu, 23 Oktober 1695, dengan dihadiri gubernur jenderal Willem van Outhoorn dan pemberkatan oleh Pendeta Theodorus Zas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun