Jika faktor agama dan gender dimasukkan (isu pemimpin perempuan rawan diserang dengan dalil agama), maka tersisa Chairul Tanjung, Mahfud MD, Gatot Nurmantyo, dan AHY. Â AHY tetap saya masukkan sebagai kandidat kuat karena 3 hal. Pertama, popularitasnya melejit. Survei terbaru Charta Politika menunjukkan AHY termasuk cawapres terpopuler di Pulau Jawa.
Kedua, dia masih lebih dikenal sebagai pensiunan militer, putra SBY, ketimbang politikus Partai Demokrat. Ketiga, walau sudah berstatus pengurus partai, AHY bukan berasal dari partai koalisi. Jika Jokowi memilih AHY, otomatis Demokrat -salah satu partai terbesar saat ini- akan memperkuat koalisi partai pemerintah.
Mengenai Chairul Tanjung, saya sudah pernah membahasnya di sini dan di sini. Pilpres 2019 akan berwarna seandainya Jokowi benar-benar meminang CT selaku cawapres. Adapun Mahfud MD, kita tahu, cukup populer sejak menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi. Dia dikenal sebagai tokoh yang bersih dan dibesarkan dalam keluarga NU. Orang-orang NU pasti akan berjuang keras mendukung Mahfud MD seandainya dia dipilih sebagai pasangan Jokowi. Mahfud sendiri pasti tak canggung berbicara mengenai isu agama.
Bagaimana jika SBY memilih AHY? Wah, tentu akan menjadi kejutan dan mungkin mengakhiri ketidakcocokan antara SBY dan Megawati Soekarno Putri, dua tokoh bangsa yang kontribusinya sudah jelas terhadap NKRI. Kedua, kita akan memiliki pasangan pemimpin yang sama sekali lepas dari beban sejarah masa lalu. Mereka berdua tak pernah terlibat dalam tikungan-tikungan sejarah yang meninggalkan luka bagi bangsa kita: 65 dan 98.
Bagaimana dengan Gatot Nurmantyo? Bukankah dia punya modal kuat karena termasuk cawapres terpopuler di lembaga survei, dekat dengan kelompok islam, eks Panglima TNI?
Kita akan bahas dalam artikel selanjutnya. Selamat sahur, lur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H