Saya pun mulai mencari informasi dan saya menemukan, bahwa daging dan produk turunannya sangat tinggi emisi karbon karena untuk megembangbiakkan hewan, kita memutuhkan lahan yang pada akhirnya membuat manusia memilih untuk mengorbankan hutan untuk dijadikan peternakan. Belum lagi untuk membesarkan hewan ternak ini dibutuhkan air dan bahan pangan yang banyak. Untuk mendapatkan makanan hewan dibutuhkan lahan lagi (misal untuk menanam jagung).
Jadi bisa dibilang, kenapa kita ngga langsung makan jagungnya aja, dari pada jagung dikasi makan ke sapi terus sapinya baru kita makan. Belum lagi lahan hutan yang berkurang, membuat jumlah pohon semakin sedikit, ini juga harus dihitung sebagai kontribusi pada climate change.
Pada akhirnya setelah galau yang cukup panjang. Saya menyadari bahwa saya harus berubah. Karena ini bukan hanya tentang diri saya dan hewan, tapi ini juga tentang seluruh makhluk hidup yang ada di bumi. Jika climate change dibiarkan terus berlanjut, maka yang musnah bukan cuma manusia, tapi juga bumi dan seluruh isinya. Belum lagi anak cucu kita yang menderita karena mereka lah yang merasakan dampak akumulasi dari climate change.
Tapi kalau saya harus jadi vegan/vegetarian, kok saya tidak sanggup ya 🤣. Lahir sebagai orang Indonesia, dengan kuliner yang begitu beragam dan enak-enak 😘👍🏼👍🏼, membuat saya tidak sanggup untuk give up makan daging. Akhirnya saya pun sampai disatu titik, bahwa mengurangi itu masih lebih mending, dari pada tidak ada action sama sekali.
Jadi instead of tiap hari makan daging atau sehari 3x makan menu daging, bisa dikombinasi dengan menu vegan/vegetarian. Juga jenis daging memiliki dampak emisi karbon dengan tingakt yang berbeda-beda. Terus kadang saya juga suka berpikir, bahwa manusia itu suka take everything for granted. Apalagi kalau harganya murah, manusia memiliki tendensi untuk buang-buang. Dari situ saya jadi mengingatkan diri untuk lebih bijak dalam perilaku konsumsi saya.
Di suatu siang, saat saya selesai makan, terbesit di benak saya:
"Jaman dulu, bisa makan daging itu privilege. Ya karena harga daging kan mahal. Sekarang meskipun harga daging murah, tapi buat saya bisa makan daging itu juga privilege. Karena untuk setiap kilo daging yang kita makan, ada emisi karbon yang dikeluarkan dan itu berdampak buruk untuk planet kita."
PS: mungkin bagi kalian yang tertarik untuk menginformasi diri, sejauh apa dampak pilihan makanan kita dan apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi emisi karbon dari segi pola makan, bisa baca artikel dari New York Times di link berikut ini.
https://www.nytimes.com/interactive/2019/04/30/dining/climate-change-food-eating-habits.html
Sources:
- https://de.statista.com/infografik/24000/anzahl-der-vegetarier-und-veganer-in-deutschland/
- https://www.westfalen-blatt.de/owl/kreis-minden-luebbecke/luebbecke/die-meisten-schauen-schnell-weg-1302308
- https://www.epa.gov/ghgemissions/global-greenhouse-gas-emissions-data
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H