Mohon tunggu...
Venny Tania
Venny Tania Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Verba volant, scripta manent

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Para Penghuni Dunia Game Online, Kamu yang Mana?

11 Desember 2021   09:00 Diperbarui: 11 Desember 2021   14:59 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Coba perhatikan, di antara lalu-lalang iklan yang kita temui di media sosial atau aplikasi ponsel lain setiap hari, sebagian adalah iklan game online. Mereka sengaja menyajikan skenario drama atau teka-teki  bernuansa ‘nakal’ atau berlebihan. Tapi ujungnya bikin penasaran. Misalnya saja, sebagai mafia kelas teri, Anda pilih menyelamatkan, atau menyingkirkan bos untuk naik pangkat? Atau, saat memergoki pasangan berselingkuh, mending sembunyi atau melabrak langsung?

Maklum saja, iklan-iklan tersebut memang bertujuan memancing orang agar tertarik mengunduh game-nya. Meskipun seringkali iklan itu tidak nyambung dengan isi game yang sebenarnya.

Konon selama pandemi ini jumlah pemain game online meningkat. Selain karena iklan, mungkin orang-orang kini lebih tertarik bermain game online karena mudah dijangkau. Meskipun demikian, game online sebenarnya dirancang jadi jebakan yang tidak mudah diselesaikan. Mereka yang sudah berpengalaman bermain pasti merasakan hal yang sama. Bahwa untuk menyelesaikan berbagai misi, pengembang game sudah mengatur agar pemain membutuhkan berbagai item. Tanpa semua itu, perkembangan akan terasa lambat, bahkan misi gagal dituntaskan dan jadi mengesalkan.

Karena itulah, bermain game sudah tidak lagi relevan jika dianggap sebagai hiburan serba gratis. Kebanyakan game online prinsipnya memang free to play alias awalnya bisa diunduh kemudian dimainkan siapapun. Namun mereka memonetisasi rasa ingin menang dan unggul para pemain. Pada prinsipnya, jika ingin menang, maka harus berani membayar harganya. Untuk itulah game menyediakan sistem pay-to-win.

Ketika ribuan pemain rela merogoh kocek demi menjadi yang terdepan, maka dalam game tersebut akan terbentuk hierarki. Pendek kata, bermain game online bersama banyak pemain lain berarti bergabung ke dalam sebuah kelompok masyarakat tertentu. Mirip dengan dunia nyata, masyarakat buatan ini menjadi tempat pemain untuk mendapatkan peran, reputasi, pengakuan, gengsi, dukungan, dan pencapaian sosial ajaib lain dalam interaksi permainan. Sisi positifnya, game online secara sederhana dapat memberikan asupan rasa bangga, puas, dan heroisme ketika pemain bekerja sama dengan pemain lain dalam menyelesaikan misi atau menyusun strategi.

Demikianlah jika diamati, semua orang masuk ke dunia game memang untuk mencapai sesuatu, atau mempertahankan sesuatu.  Banyak yang mencari pelarian dari perasaan lelah, kalah, patah hati, gagal, stres, dan mandek di dunia nyata. Dalam game, mereka bisa mendapatkan kemenangan, kegembiraan, dan mempertahankan reputasi yang (bisa jadi) sangat berbeda dari dunia nyata. Demi semua itu, orang rela membeli item, avatar, atau skin game yang mahal. Meski harga barang imajiner nan fana itu ada yang sampai setara cicilan KPR. Ada yang menggunakan uang belanja bulanan, bahkan ngutang.

Pada akhirnya bermain game memang menyangkut investasi waktu dan uang yang tak sedikit. Mungkin ada baiknya kita mengenali seperti apa saja jenis manusia yang seringkali bermunculan dalam dunia game. Mengenali anggota masyarakat pemainnya akan membantu kita memutuskan dengan bijak untuk bermain atau bertahan dalam sebuah game.

 

1. Whale alias paus

Mereka adalah orang yang membelanjakan uang banyak dalam sebuah game. Mungkin orang yang masuk kategori crazy rich dengan harta keluarga melimpah, anggota keluarga kerajaan asli dari sebuah negara, pengusaha sukses, dan mereka yang berpenghasilan di atas rata-rata. Para paus dalam game biasanya terdeteksi dari statistik yang melampaui normal, level VIP tertinggi, koleksi hero dan item eksklusif yang bikin iri. Mereka tak kenal kata kalah dan biasanya berada  di puncak peringkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun