5. Mata-mata developer
Pada beberapa kasus, pengembang game bisa bertindak lebih jauh dari sekedar jadi admin game. Seperti digambarkan dalam film Free Guy (2021), misalnya, developer memiliki akun sebagai pemain yang memiliki wewenang tertentu, misalnya mengintervensi pelanggaran.
Ada juga akun pemain khusus yang dikondisikan menjadi role model dan mendapat hak istimewa, misalnya mencoba fitur baru game sebelum diluncurkan. Akun istimewa seperti ini menjadi umpan untuk memikat pemain lain, agar terpacu mengembangkan diri (tentunya diharapkan membelanjakan uang terus). Developer juga kadang merekrut pemain untuk menghidupkan forum dan berbagi strategi. Setiap game bisa memiliki kondisi berbeda, namun pengembang game memiliki cara untuk mendukung suasana permainan agar tetap kondusif sekaligus konsumtif.
6. Ratu/raja drama
Ada beberapa pemain yang sangat serius, seolah apa yang terjadi dalam game benar-benar melibatkan identitas personal dan hidup nyata. Mereka sangat terlarut dengan suasana dan dinamika hubungan buatan dalam game.
Biasanya setelah mengeluarkan banyak uang demi sebuah game, pemain jadi memiliki ekspektasi sangat besar, dan cenderung suka memaksakan keinginan. Mereka menuntut dan mendikte gamer lain agar mengikuti cara mereka. Jika ada yang berbeda atau menentang, mereka merasa itu adalah penghinaan dan kehinaan. Ciri lainnya, raja dan ratu drama doyan membuat kegaduhan, mengubah atau membatalkan kesepakatan bersama, dan betah berdebat lama.
Para pembuat drama ini lupa kalau mustahil bisa menuntut orang lain untuk selalu menerapkan fair play setiap saat. Meski banyak berujung jadi toksik, tapi drama adalah bahan bakar dari dinamika game. Nggak ada drama, nggak rame kan?
7. Pemain Toksik
Biasanya pemain toksik adalah orang-orang nekad, frustasi, dan kurang kerjaan. Mereka gemar memprovokasi dan memancing keributan, maupun mengintimidasi atau mengancam pemain lain. Pokoknya selamat tinggal fair play jika ada tipe pemain toksik.
Adapula gamers dari negara-negara tertentu yang memiliki rasa nasionalisme dan kebanggaan berlebihan. Oknum gamers tipe ini merasa perlu membentuk aliansi eksklusif. Meski ada beragam latar belakang budaya di kalangan penghuni game, oknum gamers yang memiliki fanatisme tinggi sering mengistimewakan orang sebangsanya saja. Mungkin bagi mereka, game online pun harus berlaku seperti olimpiade atau kompetisi internasional betulan.