Mohon tunggu...
Tania Salim
Tania Salim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Siapkah Anda Menjadi Guru Zaman Now?

14 Juli 2024   16:47 Diperbarui: 14 Juli 2024   17:09 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                               Siapkah Anda Menjadi Guru Zaman Now?

                                            "Pagi yang cerah 

                                               Dan senyum di bibir merah

                                               Sejuta rasa bahagia 

                                               Yang kau berikan"  

     Sungguh bahagia di pagi hari yang cerah ini saat kubuka kedua mataku. Terbayang kembali masa mudaku kala berusia dua puluhan. Masa di mana semangat menyala-nyala dalam melaksanakan tugasku sebagai seorang pendidik di sekolah tempat aku menimba ilmu dari TK sampai SMA sampai-sampai aku dijuluki guru killer oleh murid-muridku.

     Aku tak keberatan mendapat julukan demikian karena itu berarti aku benar-benar telah menjalankan tugasku dengan baik. Aku menerapkan disiplin, seperti hadir di kelas tepat pada waktunya, dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya, misalnya menyelesaikan pekerjaan rumah yang kuberikan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

     Selain itu ada satu hal lagi yang paling penting bagiku, yakni yakin pada kemampuan diri sendiri pada saat ujian, tidak diperkenankan adanya kecurangan dalam bentuk apapun. Artinya mereka harus benar-benar siap berperang. Dalam hal ini mereka harus belajar sebelum mengikuti ujian. Bukan asal maju berperang tanpa persiapan apapun. Tujuannya agar kelak mereka bisa menjadi generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berkarakter baik. 

     Dan syukurlah akhirnya memang terbukti bahwa apa yang kuterapkan hingga mendapat julukan yang mengerikan itu tidak sia-sia.

     Tetapi kita juga harus mengikuti perkembangan zaman. Usia boleh bertambah tua, namun semangat untuk belajar harus terus diupayakan semaksimal mungkin hingga akhir hayat.

     Di zaman sekarang ini di mana teknologi berkembang dengan pesat, kita harus segera berbenah diri mengikutinya biarpun dengan nafas ngos-ngosan, hahaha.

     Contohnya aku sendiri yang sudah melewati usia gocap dan pernah disapa oleh penyakit kanker nasofaring.

     Kehidupan terus berjalan tanpa henti. Jadi apapun rintangan yang datang menghadang, kita harus siap menghadapinya dengan sebaik-baiknya.

     Semuanya tergantung kepada diri kita sendiri. Tidak ada siapa pun yang bisa menolong kita kalau kita sendiri tidak mau berusaha memperbaiki diri kita sendiri.

     Beruntung aku masih diberi kesempatan untuk mengabdi sebagai pendidik di sekolah tercinta di mana aku telah mengabdikan diri selama lebih dari tiga puluh tahun.

     Hal ini memacu semangatku untuk mendidik generasi penerus bangsa dengan kemampuan maksimal yang kumiliki dan harus kusesuaikan dengan kondisi siswa-siswi sekarang yang agak berbeda dengan kondisi siswa-siswi era tahun sembilan puluhan. Apalagi dengan adanya pandemi Covid 19 yang melanda dunia dan menyebabkan kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan secara online. 

     Kucoba menerapkan sistem baru dalam mendidik siswa. Kalau dulu kuterapkan ketegasan dalam menghadapi siswa, sekarang harus memakai teknik tarik ulur seperti saat kuterbangkan layang-layang di masa kanak-kanakku dulu.

     Jika kita terus menarik benang gelasannya, bisa saja benangnya putus dan layang-layangnya akan limbung dan jatuh entah di mana. Kita kehilangan layang-layang kesayangan kita.

     Begitu juga dengan beberapa siswa zaman now yang kurang fokus dalam hal mendengarkan pelajaran. Matanya memandang kita, tetapi kalau kita bertanya tentang pelajaran yang baru dijelaskan, mereka hanya melongo memandang kita dengan mimik wajah serius, namun tidak memahami apa yang telah kita sampaikan sehingga kita perlu mengulangi lagi penjelasannya.

     Ada pula yang suka ngeyel kalau ditegur. Ilmu tolak badannya tingkat tinggi. Asal ditegur, jawabannya,"Ha! Bukan saya, Bu!" Nah, kalau yang ini tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk menjawab, tetapi refleks tercetus dari mulutnya dalam hitungan detik.

     Jadi kalau kita memakai cara tegas untuk menghadapi siswa-siswi seperti ini,  maka usia kita akan memendek karena tekanan darah meningkat dengan pesat diakibatkan reaksi mereka yang menganggap remeh segala sesuatu dan tidak peduli dengan sekitarnya.

     Penyebabnya mungkin karena terlalu lama bermain dengan telepon genggam sehingga kemampuan berkomunikasi secara verbal, face to face, menjadi sulit dipraktikkannya.

     Bagaimana caranya menghadapi siswa seperti ini?

     Kucoba menerapkan sistem pendekatan dari hati ke hati dengan cara mencari tahu apa penyebab di balik sikap seperti itu. Cara ini tentu saja membutuhkan waktu, tenaga, dan terutama kesabaran tingkat tinggi. Namun kurasa patut kuperjuangkan demi masa depan mereka.

     Bagaimana menurut Anda?

     Selamat mencoba! Dan jika ada saran, mohon disampaikan supaya bisa kucoba menerapkannya juga. Terima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun