Mohon tunggu...
Alya Militania
Alya Militania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Selamat membaca dan terima kasih telah berkunjung!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Mengenal Sosok Bu Atun, Nenek Pedagang Cilok Murah Senyum

10 Januari 2022   09:07 Diperbarui: 10 Januari 2022   12:12 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senyuman terlihat diwajah Bu Atun yang memakai masker saat berjualan cilok di siang hari (Dokpri)

Telah satu tahun sejak Bu Atun memilih untuk berjualan cilok demi menghidupi kebutuhannya.

Usut punya usut, Bu Atun sempat menjadi asisten rumah tangga selama 5 tahun. Namun dirinya yang sudah tua renta ini tak sanggup lagi melakukan pekerjaan rumah sehari-hari.

“Jadi pembantu susah, saya bangun itu jam setengah enam. Nanti, anak majikan saya masuk kamar jam 9. Habis itu saya tidak tidur, gosok (menyetrika),” keluhnya.

Setelah orangtua Bu Atun meninggal dunia, nenek yang sudah tua ini memikul beban untuk mencari pekerjaan lain selain asisten rumah tangga.

Untungnya tidak lama setelah itu, ada sosok dermawan yang menyarankannya untuk bergabung ke yayasan dan akhirnya berjualan cilok.

Pemilik senyum yang tak pernah pudar ini mengaku enjoy berjualan cilok, suatu pekerjaan yang mengharuskannya untuk tetap berdiri menjaga dagangan dan berinteraksi dengan pembeli.

“Saya senang berjualan cilok dibanding hanya diam bengong saja dirumah. Ada pekerjaan lah,” ungkapnya.

Kegiatan berjualan Bu Atun selesai pukul 9 malam. Saat sedang ramai pembeli, Bu Atun bisa berjualan sampai jam 10 malam. Ketika jualannya sudah habis, Bu Atun menuntun gerobak ciloknya ke rumah juragannya.

Setelah itu, dengan beralaskan sendal jepit lusuh, nenek yang telah berjualan cilok seharian ini harus berjalan kaki sejauh setengah kilo untuk sampai di kontrakannya yang berada dekat pasar Gamping.

Dari pengakuan Bu Atun, hasil berdagang ciloknya sudah bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Bahkan ada yang beliau sisihkan untuk tabungan masa depannya kelak.

Sebagian dari hasil jualannya juga dipakai lagi untuk membiayai ongkos beliau balik ke Prambanan dua minggu sekali untuk berkumpul dengan keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun