India-Belanda
Perusahaan internasional bidang pakan ternak yang berbasis di Nederland (Belanda) memperluas pabriknya lagi ke luar negeri. De Heus yang berdiri pada tahun 1911 telah berkembang menjadi perusahaan dengan jangkauan global yang aktivitas utamanya memproduksi dan mendistribusikan berbagai jenis pakan ternak untuk hewan ternak seperti unggas, babi, sapi, kambing, domba, dan ikan. Kini investasi senilai USD 17 juta (Rp265 milliar) akan mulai beroperasi di India untuk penananam dengan hasil produksi berupa pakan ternak, konsentrat, campuran dasar, dan campuran mineral susu. Punjab dan Haryana, dua negara bagian di India, yang terletak di sebelah utara negara tersebut dinilai menguntungkan dalam hal ketersediaan bahan baku pakan. Penanaman ini diperkirakan akan mencapai kapasitas 180,000 ton di kuartal pertama tahun 2025 dan berpotensi meningkat sampai 240,000 ton.Â
India-Bangladesh
Sebuah organisasi bisnis yang memfasilitasi dan mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan antara India dan Bangladesh yang bernama The India-Bangladesh Chamber of Commerce and Industry (IBCCI) ingin mempromosikan hubungan dagang, investasi, dan kerjasama ekonomi yang lebih baik antara kedua negara. Hal ini salah satunya diwujudkan dengan permintaan izin untuk mengizinkan impor daging (beku) kerbau India yang terus meningkat. Namun Bangladesh menghendaki terdorongnya swasembada dalam negeri dengan mengenakan pajak impor yang tinggi. Karena jika masuk, daging impor bisa dijual USD 4,54-4,99/kg sedangkan produk domestik mencapai USD 7,26-7,72/kg. Di satu sisi, peningkatan ekspor binatang kecil oleh Pemerintah Bangladesh diupayakan dengan memvaksinasi 29,5 juta kambing dan domba untuk melawan virus peste des petits ruminants (PPR). Pemerintah berharap hal ini dapat membantu meningkatkan ekspor daging kambing halal, yang terhambat oleh wabah penyakit. Vaksinasi gratis ini akan berlangsung hingga 9 Oktober demi memberantas PPR pada tahun 2026 sehingga layak mendapatkan sertifikat pengendalian penyakit dari WOAH.Â
Singapura-Belanda
Di Singapura, sebuah perusahaan startup asal Belanda yang berfokus pada pengembangan teknologi untuk memproduksi daging tanpa membunuh hewan, Meatable, ingin meningkatkan produksi daging babi hibrida. Konsepnya menggunakan teknologi biologis untuk menghasilkan produk daging yang memiliki struktur dan rasa seperti daging asli, namun diproduksi di laboratorium tanpa memerlukan pemeliharaan hewan. Produk daging hibrida yang terdiri atas sepertiga daging hasil budidaya dan dua pertiganya lagi ialah protein nabati. Teknologi sel induk (stem cell) dimana sel-sel hewan hidup diambil dan dikultivasi masih menunggu izin persetujuan peraturan dari Badan Pangan Singapura (SFA/Singapore Food Agency) untuk bisa beroperasi dalam memproduksi daging.Â
Malaysia
Di negara Malaysia bagian timur, untuk pertama kalinya proyek ikan barramundi sistem resirkulasi akuakultur (recirculating aquaculture system/RAS) akan dibangun. Tepatnya di Sabah, pembangunan diatas lahan kota Marudu seluas 35 hektar kota Marudu. RAS ini merupakan sistem yang dirancang untuk budidaya dan memelihara hewan air seperti ikan, udang, atau spesies air lainnya dalam suatu lingkungan yang terkontrol secara hati-hati. Sistem ini mengoptimalkan penggunaan air, mengurangi limbah, dan menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan dan kesehatan hewan air. Keuntungan utama dari RAS adalah efisiensi penggunaan air yang tinggi, pengendalian yang lebih baik terhadap kualitas air, pengelolaan limbah yang lebih baik, dan potensi untuk menghasilkan produk akhir yang lebih sehat. Sistem ini juga memungkinkan budidaya ikan di daerah yang memiliki keterbatasan air atau lingkungan yang tidak mendukung budidaya tradisional. Lebih jelasnya, RAS terdiri dari beberapa komponen utama seperti: Â Â Â
1. Tangki Budidaya (Culture Tanks): Merupakan tempat utama di mana ikan atau hewan air lainnya dibudidayakan. Tangki ini dilengkapi dengan sistem pengendalian suhu, oksigen, pH, dan sistem pemurnian air. Â Â
2. Sistem Filtrasi: Termasuk berbagai filter untuk membersihkan dan mendaur ulang air dari kotoran dan limbah yang dihasilkan oleh hewan air. Beberapa jenis filter yang umum digunakan termasuk mekanikal, biologis, dan kimia. Â Â Â
3. Sistem Aerasi: Berfungsi untuk memastikan kadar oksigen yang cukup dalam air untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan hewan air. Aerasi dapat dilakukan dengan menggunakan aerator atau perangkat yang menghasilkan gelembung udara. Â Â
4. Sistem Pemanas dan Pendingin: Digunakan untuk mengatur suhu air dalam tangki budidaya sesuai dengan kebutuhan spesies hewan air yang dibudidayakan. Â Â Â
5. Pemantauan dan Pengendalian Otomatis: Sistem otomatis untuk memantau dan mengendalikan parameter seperti suhu, pH, kadar oksigen, dan kualitas air secara real-time. Â Â Â
6. Sistem Manajemen Limbah: Merupakan sistem yang mengelola dan memproses limbah yang dihasilkan oleh hewan air, termasuk sistem pemurnian air untuk menghilangkan zat berbahaya.Â
Proyek empat fase senilai USD 18,06 juta di Malaysia dengan metode pengurangan karbon seperti panel surya diperhitungkan akan menghasilkan 1000-1500 ton ikan barramundi setiap tahunnya. Angka ini dinilai cukup membantu meningkatkan ketahanan pangan di negara bagian tersebut. Penebaran awal sudah dimulai pada bulan Juni dengan melepaskan 6000 benih ikan berukuran 1,5 inci dan diharapkan akan panen bulan Desember tahun 2023 ini. Kita doakan yang terbaik untuk negara tetangga.Â
Bangkok-Denmark
Kedutaan Besar Kerajaan Denmark di Bangkok menyelenggarakan konferensi meja bundar yang dihadiri delegasi dari 12 perusahaan Denmark dan perwakilan dari beberapa perusahaan terkemuka Thailand. Isu yang mereka bahas terkait solusi inovatif dan tantangan untuk meningkatkan produksi pangan sambil meminimalkan penggunaan sumber daya dan dampak lingkungan. Nama-nama perusahaan Denmark yang serius berbagi pengetahuan dan praktik mengenai keberlanjutan dalam KMB tersebut diantaranya: Breeders of Denmark, Danbred, Skov, R2 Agro, TripleA, Skiold Landmeco, Spanvall, Essentia Protein Solutions, Novozymes, Marel, Arla Foods, dan VikingGenetics, serta delegasi dari Danish Veterinary and Food Administration dan Landbrug & Fødevarer.Â
Thailand-Denmark
Thailand berusaha mengimpor daging sapi dari Denmark dimana sebagian besar daging sapi berasal dari Australia yang memiliki perjanjian perdagangan bebas. Sementara peternak babi di Thailand menjadi lebih was-was. Pasalnya, pihak berwenang di negara itu telah membunuh semua babi yang tersisa di sebuah desa di Chiang Rai dengan indikasi ASF (African Swine Fever). Penularan yang barangkali melalui kontak langsung antara babi yang terinfeksi, kontak dengan barang-barang terkontaminasi, makanan/air atau melalui vektor seperti nyamuk dan kutu babi yang terinfeksi. Gejalanya demam tinggi, kehilangan nafsu makan, kelemahan, muntah-muntah, diare, pendarahan, dan kematian mendadak pada babi. Pengendalian ASF yang dilakukan di desa Ban Doi Sa Ngo itu dengan membunuh 130 babi tanpa gejala dimana 68 ekornya lainnya sudah mati akibat virus ini. Kantor Peternakan Distrik Chiang Saen telah melarang pemeliharaan babi atau pergerakan babi hidup dalam radius 1 km dari daerah yang terkena dampak hingga deklarasi resmi berikutnya. Badan tersebut merasa bertanggung jawab dan karenanya akan memberikan kompensasi kepada para peternak babi yang terkena dampak.Â
Kamboja-Australia
Di Kamboja, penelitian baru menemukan bahwa Salmonella menjadi semakin resisten terhadap antibiotik jenis fluoroquinolones, yang biasa digunakan dalam peternakan. Hal ini dikemukakan oleh ilmuwan dari Institut Pasteur du Cambodge yang mengamati susunan genetik bakteri Salmonella enterica Serovar Paratyphi A telah bermutasi untuk bertahan hidup dan tumbuh melawan antibiotik. Salah satu professor dari Universitas Melbourne yang juga terlibat penelitian, mengatakan untuk lebih memahami dan memerangi penyebaran strain resisten ini diperlukan peningkatan atas pengawasan genom terhadap resistensi antimikroba di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah seperti Kamboja.Â
tambahan ilmu
Sedikit dari negara Iceland, bagian dari Kerajaan Denmark yang memiliki geografis yang unik (gunung berapi, gletser, pegunungan, dan dataran tinggi). Insight tentang pertimbangan untuk memperluas pabrik pengolahan. Ahli mengatakan proyek greenfield akan ideal dengan menaruh investasi pada peralatan yang tahan masa depan. Misal RPH, pengolah yang ingin memperluas pabrik pemotongan yang ada akan mempertimbangkan ruang dan fasilitas tambahan. Manuel van San’t dari Marel Poultry (sebuah perusahaan global penyedia solusi teknologi dan peralatan otomatis untuk industri pengolahan unggas, berkantor pusat di Iceland) menjelaskan bahwa pabrik yang lebih tua mungkin menghadapi keterbatasan ruang saat memasang peralatan baru. Ia bersabda bahwa bertahun mendatang pengolah akan meningkatkan produksinya secara bertahap, yang berarti meningkatkan jumlah unggas yang diproses. Jika dilakukan pemrosesan sekunder maka dimulai dengan lebih banyak tenaga kerja manual. Sedangkan penambahan alat akan menguras ruang, sehingga jalur pemrosesan lebih lanjut menjadi tidak mungkin dilakukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H