Mohon tunggu...
Tania Adila
Tania Adila Mohon Tunggu... Model - 1999

jurnalis. reporter investigasi wannabe haha aamiin smoga ygy >>>

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lamar Magang ke Perusahaan Peternakan, Eh Malah Jadi Ayamnya!

29 Desember 2022   21:19 Diperbarui: 29 Desember 2022   21:30 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
semua gambar termuat dibawah hanya ilustrasi (investorplace.com)

Terdapat ruang tanpa pintu penuh debu, karung, dan sampah plastik seluas 4 x 4 m2 tempat seorang "manager" melakukan pencatatan dan pengelolaan farm. 

Saya tidak habis pikir, ternyata puncak karir yang dijanjikan diawal pemaparan akan banyak bergulat di tempat yang bau dan sumpek ini. Untuk apa? untuk memikirkan keberlangsungan usaha ternak, sekaligus mem-back-up kerja anak kandang yang tercecer. Multitasking, bukan?

Setelah berkeliling, kami kembali ke mess untuk sesi pembinaan lanjutan. Kali ini kami dikumpulkan bersama para member farm yang sudah setahun lebih bekerja disini. Kebetulan saat itu menjelang senja dan pekerjaan mereka per hari itu sudah selesai. 

Seperti biasa, kami menyaksikan sosok Ahok x Rocky Gerung dalam diri sang owner yang berdiri di depan kita semua. Terkadang Mr. X melemparkan jokes dan saya pun tertawa. Saya pikir itu lelucon yang pantas diapresiasi dengan tawa. Tapi saya tidak sedikit pun melihat pekerja disini terhibur seperti saya. Mereka, bahkan tersenyum pun tidak!

Okee lah..mungkin mereka terlalu lelah untuk tertawa, mengangkat bibir, atau sekedar manggut-manggut. Namun benar-benar deh, selama sesi pemaparan ini tidak ada respon dari mereka sama sekali.

Ya, saya melihat manusia, tetapi tidak jiwa didalamnya. Jiwa yang seharusnya memperlihatkan respon persetujuan ataukah penolakan. Tidak terlihat sama sekali dari diri mereka. 

Saya ingat, sebelum berangkat kesini saya pernah tertawa pada jokes Mr. X. Saat itu, ia memperingatkan bahwa "nanti" saya akan banyak menangis. Saya kurang ngeh apa maksudnya waktu itu. Tapi kemudian saya paham saat melihat para pekerja yang mukanya tertekuk sejak awal dikumpulkan. "Ohh..begitu yaa", saya membatin.

rule nomor 2: tertawa adalah bentuk pembangkangan

Sesi marah-marah, eh maksudnya pembinaan pun selesai tepat dengan kumandang adzan magrib. Kami dipersilahkan beribadah. Mess itu hanya terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan ruang sholat yang juga penghubung ruang tamu dan dapur. Tidak ada satu sudut ruang tanpa noda hitam. Pekerja disini bahkan mengakui pernah terjangkit kutu air dan eksim di tempat ini. 

Karena mess ini cukup sempit untuk menampung kami semua, maka kontrol menjadi mudah dilakukan. Dari pergerakan yang terjadi, saya melihat hanya saya yang melaksanakan ibadah sholat magrib. 

Pekerja kandang bisa saja sholat di kamar, tapi Mr. X saya dengar terus berdiskusi di ruang tamu dan tidak bergeming sampai menuju adzan isya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun