7 Rumah ini sangat unik dan membuat selalu membuat kita terpanah untuk melihatnya, fondasi tiang berbahan kayu, bagian atapnya terbuat dari serabut dan ilalang yang dianyam menambah kehangatan didalam rumah.
Ditengah - tengah halaman terdapat rumah panggung (Compang) berbentuk bulat. Bentuknya serupa dengan Rumah di desa wae rebo pun yang memiliki bentuk melingkar dengan ikatan - ikatan kayu seperti tiga dimensi.
 Bagi masyarakat wae Rebo yang menetap di kampung elok NTT. Rumah bukan sekedar rumah, Rumah adalah bagian dari mereka yang banyak memiliki arti. Yaitu Sebuah kesatuan persatuan yang damai bagi kehidupan.
Penghuni kampung Wae rebo ditinggali oleh penduduk yang sudah lanjut usia dan anak- anak yang belum sekolah. Bagi mereka  keseimbangan dalam hidup sangat penting, segala sendi kehidupan mereka terpola pada satu pusat yakni pola lingkaran terpusat. Pola ini dapat kita lihat di kampung dan halaman rumah wae rebo. Ditengah halaman rumah terdapat tumpukan batu berbentuk bulat yang disebut dengan compang. Compang adalah pusat kehidupan untuk menjaga kampung ini.
Saat ini, usia Desa Wae rebo mencapai 1080 tahun dari 19 generasi, satu rumah diisi oleh 8 kartu keluarga dan jumlah penduduknya hampir 800 orang.
Penduduk di Desa ini sangat menghormati sosok ibu tercermin pada 9 sembilan tiang yang menahan fondasi rumah, artinya selama 9 bulan adalah waktu yang reproduktif untuk melahirkan anak. Ibu adalah guru terbaik.Â
Di Pusat Informasi sekaligus tempat persinggahan terakhir yaitu Desa Denge,  saya diberikan waktu untuk  berbincang dengan Pak Blasius Monta. Beliau adalah Warga Flores Asli yang bekerja sebagai Guru SD sekaligus penanggung jawab untuk para penggunjung yang ingin Desa Wae Rebo.