Mohon tunggu...
Tania TasmayaRarasati
Tania TasmayaRarasati Mohon Tunggu... Notaris - Designer, Candidate Notaris, Profesional Low

Tertarik di bidang Fashion dan Hukum, aktif sebagai penggerak sosial woman

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fashion is Never Ending

6 November 2023   19:47 Diperbarui: 6 November 2023   19:53 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Opini-opini fashion yang tengah populer kini mencerminkan pergeseran signifikan dalam pandangan masyarakat terhadap industri mode. Kini, tidak hanya mengenai gaya pribadi dan penampilan, opini fashion telah menjadi wadah bagi perbincangan yang mendalam mengenai keberlanjutan, etika produksi, serta isu-isu sosial dan budaya yang terkait dengan dunia fashion.

Dengan semakin banyaknya kesadaran akan dampak lingkungan dan sosial dari fashion, opini-opini ini memainkan peran penting dalam membentuk masa depan industri mode yang lebih bertanggung jawab dan inklusif.

Fashion itu awalnya dari kata Latin "factio" yang artinya bikin atau desain. Fashion adalah semua yang melekat di tubuh, baik buat melindungin tubuh atau buat tampil keren. Namun terkadang masih banyak orang yang berpikir  fashion itu hanya  soal pakaian.

Apakah itu salah? Tidak salah orang mengatakan demikian, karena memang pakaian termasuk yang paling sering dibahas, tapi jika bicara soal pakaian, mungkin lebih tepatnya disebut "outfit". Outfit berasal dari bahasa Inggris yang artinya pakaian atau baju, sedangkan menurut saya, fashion itu tidak sekedar baju tapi juga semua aksesoris dan detailnya.

Dahulu jika berbicara fashion, yang muncul dibenak banyak orang adalah soal Model dan pakaianya saja dan orang-orang yang menggunakan outfitnya. Trend fashion identik dengan wanita karir, laki-laki memiliki jabatan (Bos), atau ibu-ibu para pejabat. Tapi menurut saya sekarang, semua orang memperhatikan fashion, mulai dari wanita, pria, anak-anak, remaja.

Mengapa saya bilang semua orang?Contohnya adalah anak-anak, mereka sudah sangat paham dan  mengerti cara bergaya, memilih pakaian apa yang cocok untuk mereka, memadupadankan antara warna, sepatu dan aksesoris yang akan mereka gunakan.

Dan Kini  Ibu rumah tangga juga tidak ingin tertinggal. Jaman dahulu kala, yang berani dandan cuma wanita karir saja, karena budaya yang berkembang mengatakan "Orang dirumah saja, ngapain harus dandan". Artinya berdandan itu hanya untuk seseorag yang bekerja saja. Apalagi pekerja kantoran.

Namun sekarang, Meskipun hanya berstatus ibu Rumah Tangga, para ibu-ibu bisa tampil  dengan "Dasternya". Saya melihat trend di industri daster kini kian meningkat. Daster sekarang lebih keren, dengan design yang lucu, dan pastinya ngehits. Segment dari pakaian daster ini terus memikat kalangan dari ibu-ibu rumah tangga.

Menariknya ternyata bukan hanya ibu-ibu muda saja, namun kalangan ibu-ibu pensiunan juga tidak mau kalah, mereka sama-sama mau tampil sempurna dan cantik, meskipun mereka tidak bekerja. Munculnya kumpulan-kumpulan ibu-ibu arisan, komunitas A, B, dan C, semuanya terlihat berlomba-lomba buat tampil cantik dan menarik. Dan saat ini dengan menjamurnya cafe-cafe tempat ngopi itu menunjang sekali untuk kegiatan mereka. Jadi apa yang mereka kenakan akan di abadikan memalui Foto yang akan di unggah pada sosmed.

Berikutnya adalah para remaja laki-laki, bapak-bapak, dan anak laki-laki. Sekarang mereka juga berpakaian rapi, dari rambut, baju, celana, sepatu, semuanya. Para lelaki tidak ingin tertinggal dari lawan jenisnya.

Ini sangat terlihat jika kita pergi ke mall atau tempat tongkrongan, sangat jarang mereka memakai sandal jepit atau cuma kaos sama celana jeans atau celana pendek. Rata-rata mereka berdandan sekeren mungkin, memakai sepatu, kemeja rapi, even itu hanya acara jalan kaki di car free day.

Sebenarnya, saya melihat adanya perubahan paradigma mengenai fashion. Dahulu fashion Generasi 90-an memiliki daya tarik nostalgia yang kuat. Era ini ditandai dengan gaya yang khas, seperti celana jeans high-waisted yang dipadukan dengan crop top, pakaian oversized, dan aksesori yang mencolok. Fashion Generasi 90-an juga dipengaruhi oleh budaya pop seperti musik grunge, hip-hop, dan pop punk.

Sedangkan jika dibandingkan dengan Gen-Z, mereka memilih kebebasan dalam bereksperimen dengan gaya dan menggabungkan berbagai elemen dari masa lalu dengan sentuhan modern. Mereka seringkali mengadopsi tren retro dan vintage, seperti pakaian denim yang oversized, aksesori berwarna-warni, dan motif yang mencolok. Mereka juga cenderung lebih berani dalam menggunakan warna-warna cerah dan mencampur pola yang berbeda.

Menurut amatan saya sebagai designer, kini bicara mode tidak hanya mengenai gaya pribadi dan penampilan, opini fashion telah menjadi wadah bagi perbincangan yang mendalam mengenai keberlanjutan, etika produksi, serta isu-isu sosial dan budaya yang terkait dengan dunia fashion.

Melalui media sosial, blog, dan platform online, individu-individu memiliki kesempatan untuk mengekspresikan sudut pandang mereka terhadap mode, mempromosikan merek yang mendukung nilai-nilai yang mereka anut, dan memberikan pengaruh yang nyata pada tren dan praktik industri.

Dengan semakin banyaknya kesadaran akan dampak lingkungan dan sosial dari fashion, opini-opini ini memainkan peran penting dalam membentuk masa depan industri mode yang lebih bertanggung jawab dan inklusif.

Jadi intinya, fashion itu bikin kita makin percaya diri. Fashion juga bisa nutupin kekurangan kita dan bikin kita lebih percaya diri, karena kalo kita merasa cantik atau ganteng, kita keliatan bahagia, lebih percaya diri, dan nilai positif kita juga meningkat, terkahir dari saya bahwa potensi bisnis di industri fashion is never ending.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun