Bejo tenggok kanan-kiri. Begitu keadaan aman terkendali, Bejo nyosor cipika-cipiki. Rejo Cuma bisa geleng kepala sambil buang kotoran dan pipis.
Tanpa sepatah kata, Imel pergi. Sedangkan Bejo kembali menuntun Rejo.
Meski ceria abis ketemu Imel, hati Bejo tetap kesel ketika ingat nama Jokowi. Sosok Gubernur DKI Jakarta ini bener-bener menghantui Bejo.
Tadinya pemuda gagah berani kelahiran daerah Banjar, Jabar ini sumingrah dan happy, kusut lagi. Apalagi janjian ketemu ama George Poros dibatalin.
"Runyam......!"
"Kekasih pergi, rejeki menghilang. Justru nama Jokowi yang melekat," desah Bejo sembari menarik Rejo yang mendadak berhenti karena nyamplok rerumputan.
Selang lima belas menit, Bejo sampai di rumah. Tanpa berpikir panjang, putra mantan Kepala Dinas Suku Rimba ini mengandangkan Rejo. Dengan hati kesal dan dongkol pula jebolan Fakultas Hukum Karma Universitas Usung Langit ini membanting pintu kandang Rejo.
"Braaak.....!
"Ada apa Jo, kok banting pintu. Ada masalah apa, kamu jadi kesetanan sampai rumah?" tanya Aira, ibunda Bejo.
"Enggak sengaja, Ma," sahutnya sambil jalan menuju teras rumahnya.
Di tengah pikiran lagi kusut, Bejo berbaring di bale-bale. Menatap langit-langit rumah tanpa berkedip. Bak ketika dia menantap Imel ketika berpapasan di jalan.