Aku tahu seberapapun aku tumbuh, aku tetaplah anak bungsu perempuan kecil di mata kalian; yang selalu ingin kalian jaga dan kalian lindungi semampu kalian.Â
Tapi aku ingin tumbuh baik seperti kalian juga. Tumbuh dari akar rumput dan menjalar perlahan ke atas dengan usaha dan pemahaman yang kutemukan dari kesederhanaan-kederhanaan kecil yang Tuhan cecer di setiap sudut jalan. Aku yakin kelak akan berdiri di posisi yang sama dengan kalian saat ini, bahkan akan ku usahakan untuk berdiri lebih tinggi lagi, dan karenanya aku harus paham tentang dasar yang kupijak, agar kelak aku bisa berdiri lebih kokoh tanpa angkuh.
Â
Biarkan bungsu kecilmu terbiasa dengan kehidupan masyarakat kelas bawah, karena kenyataannya saat ini aku memang manusia kelas bawah. Dari sini aku belajar berdiri dengan kakiku sendiri dan memahami banyak hal untuk aku syukuri dan menyadari hal-hal yang lupa aku syukuri selama ini.
Â
Biarkan bungsu kecilmu terjatuh berkali-kali, dengan luka maupun lebam ditubuhnya karena menyusuri punggung gunung yang tak selalu ramah, agar aku bisa belajar bahwa hidup adalah tentang merayakan kemampuan untuk bangkit dan melangkah lagi setelah jatuh berkali-kali.Â
Â
Biarkan bungsu kecilmu melembur hingga larut malam bahkan pagi untuk mengumpulkan rupiah demi rupiah yang ia tabung agar kelak bisa mengajak kalian ke suatu tempat yang indah untuk sekedar membuat kalin tahu bahwa aku tak pernah lupa dengan tamasya yang kalian hadiahkan di masa kecilku sebagai usaha kalian membahagiakan aku.Â
Ibu... Papah...
Terima kasih kau merawatku seperti bunga yang terawat dengan ketulusan, keihklasan dan setia. Kalian ajarkan aku kebaikan agar aku tumbuh dengan pemahaman yang baik pula.Â
Aku pernah bertanya di ulang tahunmu, Ibu, "Ibu ingin kado apa?"