Hah? Apa maksudnya judul itu?Â
Jadi ada suatu penyakit yang menyebabkan tubuh ibu menyerang janin nya sendiri, Ayo simak pembahasan berikut!
Sebagian besar manusia dimuka bumi ini pastilah berkeinginan untuk memiliki keturunan sehingga dapat mempertahankan garis keturunan dari generasi ke generasi sehingga keberadaan manusia tidak punah. Namun keinginan tersebut seringkali terhalang akibat adanya beberapa faktor contohnya yaitu faktor genetis, keguguran, dan penyakit pada alat kelamin. Keguguran disebabkan oleh beberapa hal yang disengaja maupun tidak disengaja.Â
Keguguran yang disengaja seringkali terjadi pada remaja yang melakukan hubungan seksual diluar nikah namun tidak mau bertanggungjawab sehingga imbasnya adalah pada janin yang tak berdosa. Keguguran yang tidak disengaja banyak penyebabnya, salah satunya adalah perbedaan rhesus antara ibu dan janin yang disebut sebagai penyakit Eritroblastosis Fetalis.
Sebelum membahas mengenai Eritroblastosis Fetalis, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu istilah- istilah yang akan digunakan untuk penjelasan berikutnya.
- Rhesus merupakan salah satu jenis penggolongan darah yang terdiri dari rhesus (+) dan rhesus (-). Jika seseorang ber Rh(+) maka orang tersebut memiliki antigen RhD dalam tubuhnya, begitupun sebaliknya jika ber Rh(-) maka orang tersebut tidak memiliki antigen RhD.
- Antigen merupakan suatu senyawa yang merangsang respon imunitas tubuh terutama dalam menghasilkan antibody, bentuk antigen biasanya berupa protein atau polisakarida
- Antibodi merupakan system pertahanan tubuh melalui system kekebalan tubuh (imunitas) yang berguna untuk membunuh dan menetralisir benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh dan dianggap membahayakan. Cara kerja antibody yaitu awalnya jika ada zat asing masuk maka sel darah putih jenis monosit akan langsung menyerang, setelah menyerang zat asing tersebut dibawa ke sel limfa B untuk didata dan dibuatkan antibodinya sehingga saat zat asing dengan jenis yang sama tersebut masuk lagi ketubuh maka tubuh sudah siap dengan pertahanan yang baru.
Eritroblastosis Fetalis merupakan salah satu penyakit yang disebabkan karena rhesus ibu (-) sedangkan janin yang dikandungnya memiliki rhesus (+) yang diwariskan dari rhesus (+) ayahnya. Janin memiliki rhesus (+) yang artinya memiliki antigen RhD akibatnya ibu yang meganggap RhD tersebut sebagai benda asing akan membentuk system pertahanan (antibody) untuk melawan antigen tersebut, padahal RhD tersebut terletak disel darah merah (eritrosit) janin sehingga darah ibu akan menyebabkan penyerangan terhadap darah janin.Â
Penyakit ini seringkali terjadi pada kelahiran anak kedua dan seterusnya yang memiliki rhesus (+) karena pada kelahiran pertama antibody yang dibentuk tubuh ibu untuk melawan masuknya RhD belum cukup kuat, sehingga tidak membahayakan si janin. Sedangkan pada kelahiran ke dua dan ketiga tubuh ibu seperti sudah siap siaga untuk melawan RhD yang akan masuk lagi sehingga antibody yang dibentuk akan semakin kuat dan berkesempatan untuk membahayakan tubuh janin.
Gejala dari penyakit ini pada bayi yang baru lahir yaitu tubuh bayi tampak bengkak, pucat, dan atau kuning setelah lahir. Dokter mungkin mendapati bahwa bayi memiliki hati atau limpa yang lebih besar dari biasanya, tes darah juga bisa digunakan untuk membuktikan bahwa bayi tersebut menderita anemia atau kekurangan sel darah merah yang berarti bayi tersebut kemungkinan besar terkena eritroblastosis fetalis.Â
Janin juga dapat mengalami kondisi yang dikenal dengan "hydrops", dimana cairan mulai menumpuk ditempat dimana cairan biasanya tidak ada, seperti di rongga perut, jantung, dan paru-paru. Gejala ini bisa berbahaya karena cairan berlebih memberi tekanan pada jantung dan mempengaruhi kemampuan untuk memompa.
 Penyakit ini cukup banyak terjadi diberbagai belahan bumi ini dan kemungkinan terburuk adalah hilangnya nyawa si janin sehingga pertanyaan besarnya adalah "Apakah Eritroblastosis Fetalis dapat disembuhkan?"
Terjadinya eritroblastosis fetalis karena bawaan dan tidak ada yang dapat disalahkan sehingga sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan secara total namun bukan berarti penyakit ini tidak dapat dicegah. Lalu bagaimanakah cara mencegahnya?
Salah satu cara mencegah adalah jika wanita sudah menyadari bahwa rhesusnya negatif dan akan menikah dengan laki- laki yang ber rhesus positif maka bisa mempersiapkan dengan memiliki anak hanya satu.Â
Untuk yang telah terlanjur terjadi kehamilan dan baru mengetahui setelah berjalan cukup lama dan ternyata hasilnya positif terkena eritoblastosis fetalis atau mungkin ingin memiliki keturunan lebih dari satu, cara pencegahan secara medis yaitu dengan disuntikkan RhoGAM atau Rh immunoglobulin, senyawa ini dapat mencegah pembentukan antibody pada ibu sehingga penyerangan pada sel darah merah janin dapat terhambat. Suntikan ini disarankan diberikan sekitar minggu ke 28 kehamilan, penyuntikan selanjutnya dilakukan setidaknya 72 jam setelah kelahiran jika bayi ber rhesus (+).Â
Hal ini dapat mencegah reaksi membahayakan yang lebih besar dari antibody ibu. Rhogam dapat bekerja efektif selama kurang lebih 12 minggu, sehingga jika sudah lewat masa tersebut Ibu dianjurkan untuk mendapat suntikan lagi jika ingin memiliki anak lebih dari satu agar kehamilan berikutnya dapat mengurangi resiko yang lebih besar.Â
Karena langka nya kasus penyakit eritroblastosis fetalis ini di Indonesia, maka sulit mencari secara bebas di apotek atau rumah sakit biasa, maka untuk mendapatkannya harus memesan dari luar negeri dengan menunggu waktu yang tidak cepat, juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Sejauh pengetahuan yang saya dapatkan, rumah sakit di Indonesia yang memiliki pasokan suntik rhogam yang telah tersedia tanpa harus memesan terlebih dahulu dari luar negeri adalah rumah sakit Hermina Jatinegara.
 Jika janin mengalami eritroblastosis fetalis di dalam Rahim, mereka mungkin diberikan tranfusi darah "intrauterine" untuk mengurangi anemia akibat hemolisis (pecahnya sel darah merah) akibat antibody yang dibentuk ibu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kehadiran dan jumlah sel darah merah dan menurunkan kadar bilirubin. Ada dua Teknik yang dapat digunakan untuk mentranfusikan darah ke janin yang masih dalam kandungan.Â
Tranfusi janin intrauterine asli, dan Teknik tranfusi intraperitonealyang pertama kali dipraktekkan sekitar tahun 1963. Dengan metode ini, jarum dimasukkan melalui perut ibu, lalu melewati Rahim dan masuk ke perut janin. Sel darah merah yang disutikkan ke dalam rongga perut janin terserap ke dalam aliran darahnya. Pada awal kehamilan jika kadar bilirubin (pigmen warna kuning akibat perombakan sel darah merah) janin sangat tinggi, akan dilakukan terapi cahaya atau fototerapi untuk menurunkan kadar bilirubin pada janin.Â
Prosedur ini melibatkan jarum yang sangat halus melalui perut ibu dan dipandu oleh ultrasound menuju ke tali pusar untuk menyuntikkan sel darah merah langsung kealiran darah janin.
 Bila paru- paru dan hati janin sudah cukup kuat untuk melakukan proses kelahiran, maka dokter mungkin menyarankan untuk dilahirkan lebih awal sehingga setelah janin lahir, transfusi darah lebih lanjut mungkin diperlukan agar dapat mengatasi anemia janin. Prosedur persalinan juga akan dilakukan pada ibu yang belum memiliki antibody jika masa kehamilannya telah lewat dari waktu persalinan yang telah diperkirakan demi mencegah kebocoran yang tidak terduga dan dapat berakibat fatal.
 Janin juga mungkin memerlukan dukungan pernapasan sementara dari incubator atau mesin pembantu pernapasan janin. Setelah lahir, gejala bayi yang dikira membahayakan akan diberikan satu atau lebih tranfusi untuk mengobati anemia, kelebihan bilirubin, dan pendarahan. Kelebihan kadah bilirubin akan diobati dengan fototerapi dimana bayi akan diletakkan dibawah suatu cahaya khusus. Cahaya ini menyebabkan perubahan kadar bilirubin yang awalnya tinggi menjadi normal.
Lalu bagaimana jika ibu telah memiliki antibody dalam tubuhnya namun tetap ingin memiliki keturunan lagi? Jika ibu menunjukkan tingkat antibody yang sangat tinggi dalam darahnya, maka oleh dokter akan dilakukan penanganan khusus terhadap janin yang dikandung, yaitu caranya dengan dimonitoring secara teratur dengan scanner USG.Â
Dokter akan selalu memantau masalah pada pernapasan dan peredaran darah, cairan pada paru- paru, atau pembengkakan hati yang merupakan gejala- gejala penyakit pada janin yang dikarenakan akibat rendahnya sel darah merah. Tindakan lain yang dapat diambil yaitu dengan pengecekan cairan ketuban secara berkala untuk mengecek tingkat keparahan anemia dalam darah janin.
Orang Indonesia masih banyak yang tidak terlalu suka dengan pengobatan secara medis dan lebih memilih untuk pengobatan secara herbal, pengakuan dari salah satu reseler obat- obatan herbal yang menjual secara online mengaku beberapa oarng mencari obat untuk menyembuhkan penyakit langka seperti eritroblastosis fetalis ini padahal jika dibandingkan khasiat dan keakuratan nya, akan jauh lebih akurat obat-obatan medis karena pasti telah diuji secara laboratorium, berbeda dengan obat- obatan herbal yang belum tentu benar sehingga ada kasus keguguran akibat eritroblastosis yang diobati secara herbal dan ternayata tidak cocok dan malah merengut nyawa sang janin.
Nah disini saya akan mencoba menganalisa kasus jika rhesus ibu (+) sedangkan rhesus janin -- apa yang akan terjadi? Yang akan terjadi bukanlah eritroblastosis fetalis karena yang akan membentuk antibody adalah janin karena hasil dari pertemuan sirkulasi darah janin dan darah ibu yang memiliki antigen.Â
Darah janin akan membentuk antibody untuk melawan antigen RhD namun antibody yang dibentuk oleh janin tidaklah terlalu kuat karena unsur- unsur pembentuknya belum matang dan tidak berjalan dengan cepat sehingga antibody tersebut tidak akan memberikan perlawanan berarti pada ibu dan tidak akan membahayakan nyawa si ibu.Â
Saat nanti si janin dewasa maka ia memiliki kelainan dalam darahnya yaitu ber rhesus (--) namun memiliki antibody sehingga jika ia kurang berpengetahuan tentang kelainannya dapat berdampak buruk, contohnya jika ia melakukan pendonoran darah ke orang yang ber rhesus (+) maka resipien/ penerima donor akan mengalami hemolisis (pecahnya sel darah merah) akibat dari antibody  darah pendonor sehingga dapat membahayakan penerima donor karena kemungkinan terjadi anemia sangatlah besar.
Dari pembahasan yang telah saya paparkan, dapat disimpulkan bahwa eritroblastosis fetalis tidak dapat disembuhkan secara total namun dapat dicegah dan diminimalisir resikonya yaitu dengan penyuntikan RhoGAM yang merupakan senyawa yang mampu mengurangi terbentuknya antibody pada tubuh ibu yang siap untuk menghancurkan sel darah merah janin sehingga resiko penghancuran tersebut terhambat. Yang kedua yaitu tranfusi darah pada janin yang masih dalam kandungan untuk berjaga- jaga jika janin kekurangan darah.Â
Yang ketiga yaitu dengan monitoring dokter secara berkala jika terdapat hal yang ganjil terjadi dapat cepat diambil tindakan karena pada kasus eritroblastosis sering terjadi serangan mendadak yang jika tidak sigap ditangani dapat berakibat fatal. Menurut saya penanganan eritroblastosis fetalis ini akan jauh lebih baik jika sering control ke dokter yang jelas paham akan penyakit ini karena jika salah diagnosa atau penanganan seperti kasus penggunaan obat herbal diatas dapat berakibat fatal yaitu hilangnya nyawa janin. Jadi saran saya percayakan nyawa anda dan janin anda pada hal -- hal yang telah pasti bukan hal- hal yang belum pasti kebenaran dan efek sampingnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H