Salah satu cara mencegah adalah jika wanita sudah menyadari bahwa rhesusnya negatif dan akan menikah dengan laki- laki yang ber rhesus positif maka bisa mempersiapkan dengan memiliki anak hanya satu.Â
Untuk yang telah terlanjur terjadi kehamilan dan baru mengetahui setelah berjalan cukup lama dan ternyata hasilnya positif terkena eritoblastosis fetalis atau mungkin ingin memiliki keturunan lebih dari satu, cara pencegahan secara medis yaitu dengan disuntikkan RhoGAM atau Rh immunoglobulin, senyawa ini dapat mencegah pembentukan antibody pada ibu sehingga penyerangan pada sel darah merah janin dapat terhambat. Suntikan ini disarankan diberikan sekitar minggu ke 28 kehamilan, penyuntikan selanjutnya dilakukan setidaknya 72 jam setelah kelahiran jika bayi ber rhesus (+).Â
Hal ini dapat mencegah reaksi membahayakan yang lebih besar dari antibody ibu. Rhogam dapat bekerja efektif selama kurang lebih 12 minggu, sehingga jika sudah lewat masa tersebut Ibu dianjurkan untuk mendapat suntikan lagi jika ingin memiliki anak lebih dari satu agar kehamilan berikutnya dapat mengurangi resiko yang lebih besar.Â
Karena langka nya kasus penyakit eritroblastosis fetalis ini di Indonesia, maka sulit mencari secara bebas di apotek atau rumah sakit biasa, maka untuk mendapatkannya harus memesan dari luar negeri dengan menunggu waktu yang tidak cepat, juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit. Sejauh pengetahuan yang saya dapatkan, rumah sakit di Indonesia yang memiliki pasokan suntik rhogam yang telah tersedia tanpa harus memesan terlebih dahulu dari luar negeri adalah rumah sakit Hermina Jatinegara.
 Jika janin mengalami eritroblastosis fetalis di dalam Rahim, mereka mungkin diberikan tranfusi darah "intrauterine" untuk mengurangi anemia akibat hemolisis (pecahnya sel darah merah) akibat antibody yang dibentuk ibu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kehadiran dan jumlah sel darah merah dan menurunkan kadar bilirubin. Ada dua Teknik yang dapat digunakan untuk mentranfusikan darah ke janin yang masih dalam kandungan.Â
Tranfusi janin intrauterine asli, dan Teknik tranfusi intraperitonealyang pertama kali dipraktekkan sekitar tahun 1963. Dengan metode ini, jarum dimasukkan melalui perut ibu, lalu melewati Rahim dan masuk ke perut janin. Sel darah merah yang disutikkan ke dalam rongga perut janin terserap ke dalam aliran darahnya. Pada awal kehamilan jika kadar bilirubin (pigmen warna kuning akibat perombakan sel darah merah) janin sangat tinggi, akan dilakukan terapi cahaya atau fototerapi untuk menurunkan kadar bilirubin pada janin.Â
Prosedur ini melibatkan jarum yang sangat halus melalui perut ibu dan dipandu oleh ultrasound menuju ke tali pusar untuk menyuntikkan sel darah merah langsung kealiran darah janin.
 Bila paru- paru dan hati janin sudah cukup kuat untuk melakukan proses kelahiran, maka dokter mungkin menyarankan untuk dilahirkan lebih awal sehingga setelah janin lahir, transfusi darah lebih lanjut mungkin diperlukan agar dapat mengatasi anemia janin. Prosedur persalinan juga akan dilakukan pada ibu yang belum memiliki antibody jika masa kehamilannya telah lewat dari waktu persalinan yang telah diperkirakan demi mencegah kebocoran yang tidak terduga dan dapat berakibat fatal.
 Janin juga mungkin memerlukan dukungan pernapasan sementara dari incubator atau mesin pembantu pernapasan janin. Setelah lahir, gejala bayi yang dikira membahayakan akan diberikan satu atau lebih tranfusi untuk mengobati anemia, kelebihan bilirubin, dan pendarahan. Kelebihan kadah bilirubin akan diobati dengan fototerapi dimana bayi akan diletakkan dibawah suatu cahaya khusus. Cahaya ini menyebabkan perubahan kadar bilirubin yang awalnya tinggi menjadi normal.
Lalu bagaimana jika ibu telah memiliki antibody dalam tubuhnya namun tetap ingin memiliki keturunan lagi? Jika ibu menunjukkan tingkat antibody yang sangat tinggi dalam darahnya, maka oleh dokter akan dilakukan penanganan khusus terhadap janin yang dikandung, yaitu caranya dengan dimonitoring secara teratur dengan scanner USG.Â
Dokter akan selalu memantau masalah pada pernapasan dan peredaran darah, cairan pada paru- paru, atau pembengkakan hati yang merupakan gejala- gejala penyakit pada janin yang dikarenakan akibat rendahnya sel darah merah. Tindakan lain yang dapat diambil yaitu dengan pengecekan cairan ketuban secara berkala untuk mengecek tingkat keparahan anemia dalam darah janin.