Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pembunuhan

18 Desember 2020   11:49 Diperbarui: 18 Desember 2020   19:43 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Liputan6.com

Tidak lama setelah itu, orang-orang sekitar situ mulai beramai-ramai mengerumuni depan rumah pak RT, menonton mayat-mayat itu seperti film di bioskop sembari bergumam.

"Laporkan ke polisi"

"Iya, laporkan ke polisi"

Mendengar riuh sahutan itu, pak RT keluar dari rumah bersama istrinya, lalu di depan rumah mereka melihat sudah ramai, kemudian terdengar suara ada yang berteriak kepadanya.

"Tanggung jawab pak RT, mereka warga kita"

Karena bingung dengan keramaian ditambah teriakan itu, pak RT berjalan ke kerumunan, di sana, Ia dapati tubuh dipenuhi darah dan sudab tidak bernyawa, di antara mayat-mayat itu, ada yang terkena sayatan golok pada leher, ada yang di kepala, juga pada beakang.

Melihat itu,Pak RT gemetar tak tertahankan, tubuhnya dibanjiri keringat serupa hujan mengiyurinya, sedang istrinya kebingungan melihat suaminya, Pak RT terus gemetar, nafasnya menjadi tidak normal, degup jantungnya kencang dan bunyinya terdengar ditelinga orang-orang.

"Pak RT kenapa?" Pertanya terus dilontarkan

"Pak RT kenapa?"

Tapi pak RT terus seperti itu, dan... "ah cuma mimpi" katanya kala tersentak dari tidur panjang dan didapati tubuhnya dipenuhi keringat.


Tanah Beta

Ambon, Desember 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun