Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat Terbuka untuk Pembaca, Habis Penjajahan Terbit Perampasan

1 Desember 2018   12:43 Diperbarui: 1 Desember 2018   12:57 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita telah mengetahui, kalau bangsa kita---bukan Negara Indonesia---bangasa yang sudah terkuras sebelum kemerdekaan, sejak 350 tahun  lalu itu. Kita terpinggirkan dari kehidupan dunia yang sangat marjinal bagi kehidupan kita. Apa sebab yang demikian itu terjadi? Hal itu terjadi tidaklah kebetulan, namun ada sebuah perencanaan yang lahir dari konspirasi dunia terhadap bangsa kita, tapi Alhamdulillah, semuanya telah usai namun tetap beranak pinak dalam pikiran bangsa kita sendiri. Sempga secepatnya pikiran yang sedemikian itu hilang.

Dan bersyukurlah bagi mereka yang dapat mempertahankan hidup mereka dari gangguan orang-orang asing yang berkeliaran ditengah bangsa sendiri, karena dengan mempertahankan hidup, kita akan merasa merdeka dengan segala kepemilikan dan kepunyaan kita. Maja jangan larut dalam buaian yang membunuh karakter kita itu (Penjajahan).

Sebelum menulis tentang hal ini, beta pernah menulis soal "Bangsa Yang terjajah" dan itu di muat oleh media LAPMI Cabang Ambon (sapahmi.com) dan pembaca yang budiman dapat membacanya langsung di situ. Bagaimana bangsa yang terjajah ini tak pernah lepas dari tangan penjajah baik dari luar maupun dalam negeri sendiri.

Dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2018 ini, melalui berbagai media, baik media cetak maupun online, pembaca yang budiman dapat membaca dengan jeli persoalan-persoalan ayang sedang terjadi. Persoalan-persoalan itu tak lain dan tak bukan, adalah mengenai hajat hidup orang banyak yang tersu di ganggu oleh mereka (elit) negeri ini yang katanya akan mensejahterakan rakyat. Namun lain di mulut, lain pula di hati.

Merasa terganggu dengan tindakan pemerintah terhadapa mereka, pada 10 Oktober 2018, dalam edisi Kompasa.com diberitakan bahwa mahasiswa melakukan unjuk rasa di depan kantor gubernur Maluku dengan mengenakan kain (Berang) merah di kepala menuntut, agar tidak membiarkan investor asing datang merampas hak mereka dan aksi itu sempat ricuh ketika pemimpin negeri ini enggan menanggapi mereka.3

Walhasil berbgai cara merak lakukan untuk tetap melawan tindakn pemimpin mereka yang terlanjur membuat bangsa sendiri tersisihakan itu. Namun tak beruujung kesepakatan yang baik. Nah apakah mesti diam dengan hal yang demikian itu? Silahkan pembaca yang budiman menjawab sendiri.

Tapi beta masih sangat terbayang dengan apa yang Pramoedya sampaikan: "Berbahagaialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri."44 sebab memang benar yang disampaiakn, tapi bukanlah usaha yang didapt dengan mengambil hak orang lain lalu tertawa riang tanpa merasa bersalah.

Mungkin saja kita telah kelupaan dengan hal itu, tapi harus diketahui, bahwa sejak perang dunia I dan berlanjut ke perang dunia II, semua itu terjadi karena soal-soal agrarian yang memaksa bangsa lain dan bengsa sendiri melakukan hal yang bernama PENJAJAHAN.

Dan penjajahan itu berlanjut menjadi sebuah perampasan yang sungguh dahsyat terhadap bangsa sendiri. Dalam pada itu, perampasan yang semakin terjadi sangatlah membutakan pemimpin kita, buta bukan soal hilang kesadaran, namun nominal membuat buta dirinya (pemimpin kita) dari kehidupan pribumi. Kebutaan yang terjadi pada hati lalu menjadi pahit ditelan bangsa sendiri.

Cahaya Perampasan

setelah dengan bangga melakukan penjajahan, perampasan kemudian mendekat, sebablah benar, penajajahan dan perampasan tidak bisah terlepas pisahkan. Di setiap penjajahan, pastilah terbit perampasan, dan di setiap terbitnya perampasan, kemiskinan semakin menjadi-jadi. Miskin, moral, miskin daya piker, dan miskin karakter hidup. Itulah yang tampak saat ini di tengah kemajemukan kehidupan kita di tanah ini, Maluku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun