Biasan cahaya mentari sudah mulai menerangi semesta. Warna saga di pagi ini mulai tampak ketika kepala mentari sudah mulai muncul. Aku bersiap-siap untuk menyaksikan. Tidak sendiri, ada beberapa orang yang juga menanti datangnya sunrise pagi ini. Ya di atas puncak kayu satu ini aku bersama beberapa orang masih berdiri mengarahkan tubuh ke arah timur untuk menyaksikan keindahan alam di pagi ini. Sementara yang lain sudah berlalu-lalang menuruni puncak.
Aku kembali menuju tenda kecil, ku lepaskan kerangkanya, dan kulipat kain tenda. Setelah beberapa menit menyaksikan keindahan pagi yang di warnai dengan warna senja yang begitu indah. Ku masukkaa tenda dengan kerangkanya ke dalam kerel (tas ransel) bawaanku semalam. Semua peralatan aku masukkan kedalam tas, setelah itu, aku pun bersiap-siap untuk menuruni puncak dan kembali ke rumah. Aku sudah berkesiap meninggalkan puncak kayu satu, setelah menaikkan kerel ke pundakku.
***
Aku langkahkan kaki meninggalkan puncak. Dalam perjalanan, ketika aku menuruni jalanan yang tidak begitu terjal, aku hampir terpeleset oleh sebuah batu yang tercabut dari tanah ketika ku injak. Aku beristigfar beberapa kali, jantungku berdegup tak beraturan. Rasa menyesal pada diriku ketika itu.
Berjalan, berjalan, dan berjalan menuruni kemiringan jalan. Sudah seper dua perjalanan meninggalkan puncak. Aku memalingkan muka ke arah puncak. Ku pandangi lamat-lamat puncak kayu satu. memang tidak terlalu tinggi puncaknya, namun cukup melelahkan juga semalam ketika mendaki. Sampai-sampai nafasku pun turun naik seperti orang terkena asma.
Ambon, April 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H