Dikau terperanjat dalam binarnya gemintang
Cahayamu terpaku di antara beningnya mata nestapa
Dari raup, yang keberkian kali melang-lang di antara tangkupan syair,
Lalu kembali pada peraduan abadi
Â
Rembulan,
Bening matamu, memberi pancaran kasih pada jiwa kusuma 'pujaan hati'
Di tiap lirihnya syair yang terlantunkan dari bibir manis penyair sunyi
Â
Rembulan,
Ada jiwa, nan mengingini raga dari rona indahmu, dalam teduhnya malam, di antara cerlangnya gemintang yang menerangi nestapa.
Lalu dengan perlahan binalnya jemari jadikan puisi di atas secarik kertas.
Â
Rembulan,
Biarkan jiwa ini merobek-robek kesucianmu di antara beningnya cahayamu yang binar.
Lalu kita lelap dalam malam yang penuh bulir-bulir kebahagiaan.
Â
Poka, 23Maret2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H