Mohon tunggu...
Tanadya Edvina
Tanadya Edvina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kata teman saya, saya adalah orang yang easy going, tapi dari saya pribadi saya termasuk orang pemalu dan butuh waktu cukup lama untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sering Dianggap Sama, Ternyata Mental Disorder dan Mental Illness Memiliki Perbedaan

30 April 2023   23:30 Diperbarui: 30 April 2023   23:47 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

     Sangatlah penting untuk kita menjaga dan memperhatikan kesehatan mental baik diri sendiri maupun orang lain. Hal ini dikarenakan kesehatan mental dapat mempengaruhi aktifitas kita sehari-hari, jika kita sudah mengalami gangguan jiwa ini maka kehidupan kita tidak akan berjalan dengan normal. Penting juga bagi kita untuk meningkatkan self awareness (kesadaran diri untuk memperhatikan dan mengerti diri sendiri) karena banyak kasus dimana orang tidak sadar jika ia memiliki gangguan jiwa hanya karena merasa dirinya baik-baik saja.

     Pada tahun 2019, ada sekitar 970 juta orang di dunia yang terkena gangguan jiwa dan penyakit mental lainnya. Di Indonesia sendiri terdapat 14.000.000 perempuan dan 12.000.000 laki-laki yang terkena gangguan serupa ditahun 2019 (sumber: https://theconversation.com/data-bicara-gangguan-kesehatan-jiwa-di-indonesia-naik-dalam-30-tahun-terakhir-perempuan-dan-usia-produktif-lebih-tinggi-191768). Namun, ini hanyalah angka prediksi yang setiap tahunnya bisa saja bertambah. Angka ini juga adalah beberapa kasus yang diketahui karena melakukan pemeriksaan secara bertahap, pastinya masih ada banyak kasus gangguan jiwa yang belum terungkap.

     Ada banyak jenis gangguan jiwa, namun yang sangat menarik ialah Mental Disorder dan Mental Illness. Kedua kasus ini memiliki persamaan yang banyak dan cukup mengecoh orang awam jika tidak ditelaah lebih dalam lagi. Mental Disorder dan Mental Illness merupakan istilah dibidang Psikologi yang memiliki arti, penyebab dan cara pengobatan yang hampir sama namun seperti manusia yang kembar pasti memiliki perbedaan, begitu pula Mental Disorder dan Mental Illness. Sebelum memberikan diagnosis, terlebih dahulu kita harus mengetahui perbedaan dari kedua kondisi tersebut agar kita tau pengobatan dan obat-obatan seperti apa yang dibutuhkan. 

     Secara umum, keduanya sama-sama disebutkan sebagai gangguan mental maupun jiwa yang memengaruhi pola pikir dan suasana hati seseorang. Namun, Mental Illness sangat berpengaruh pada pikiran, perilaku dan perasaan penderitanya sedangkan Mental Disorder berpengaruh pada emosional dan kehidupan bersosial. Dan menurut studi kasus yang terjadi, kebanyakan orang mengalami Mental Illness dibandingkan Mental Disorder. Kondisi ini dapat berlangsung dalam dua jangka waktu yaitu jangka waktu singkat (hanya terjadi sesekali dan jarang) maupun jangka waktu lama atau kata lain kronis dan biasanya terjadi secara berulang-ulang. (sumber: https://hellosehat.com/mental/penyakit-mental/). Berikut merupakan perbedaan dari Mental Disorder dan Mental Illness;

  • Perbedaan dari segi pengertiannya

               Mental Disorder atau gangguan jiwa adalah gangguan yang berdampak pada emosi yang tidak stabil sehingga mengganggu dalam kehidupan bersosial. Hal ini tentunya sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dari penderitanya. Perubahan mood ini memang sangat normal terjadi, namun yang membuat berbeda dengan penderita Mental Disorder ialah penderitanya dapat mengalami perubahan suasana hati diwaktu yang tidak tepat dan tidak sesuai keadaan.  Gangguan ini membuat penderitanya mengalami perubahan mood yang sangat ekstrem, emosinya pun menjadi tidak terkontrol (sumber: https://www.halodoc.com/artikel/adakah-perbedaan-mental-illness-dan-mental-disorder). Contoh kecilnya, saat seseorang tidak dapat mengendalikan emosinya, maka ia akan dengan seenaknya mengeluarkan kata-kata bahkan tindakan yang dapat merugikan orang lain. Ada beberapa kasus dimana penderita gangguan jiwa ini tidak segan-segan untuk melukai diri sendiri (self harm) bahkan juga orang lain.

               Mental Illness atau penyakit jiwa yang dimana penderitanya mengalami gangguan kesehatan ataupun ada suatu penyakit yang dapat mengganggu pola pikir dan perilaku seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan (saat didalam kandungan yang dipengaruhi zat kimia, alkohol dan obat-obatan) namun bisa juga melalui genetika. Contohnya ialah skizofernia. Skizofernia tidak berhubungan dengan Mental Disorder karena skizofernia memiliki dasar biologis/genetika. Meskipun tampak seperti orang normal pada umumnya, biasanya penderita Mental Illness akan sulit melakukan aktivitas sosial dengan orang lain baik itu hubungan pekerjaan, pertemanan, asmara bahkan hubungan keluarga dikarenakan pikiran dan perasaan mereka tersiksa sehingga sangat memungkinkan fungsi otak mereka tidak berjalan dengan baik. (sumber: https://www.alodokter.com/seputar-mental-illness-yang-perlu-anda-ketahui)

  • Perbedaan dari segi penyebabnya

                 Penyebab Mental Disorder terjadi karena kejadian-kejadian yang terjadi semasa hidup yang mengganggu cara kerja normal otak dengan kata lain trauma (sumber: https://hellosehat.com/mental/gangguan-mood/mood-disorder/). Setiap orang pasti pernah mengalami kejadian-kejadian yang kurang mengenakkan dan sulit untuk dilupakan yang dimana hal ini dapat memicu stress berat bahkan depresi dalam jangka waktu lama. Ada kejadian-kejadian kurang mengenakkan yang dapat dilupakan dalam kurung waktu lama namun ada juga yang hanya membutuhkan waktu beberapa minggu. Sebenarnya, lama tidaknya kelangsungan gangguan ini kembali lagi kepada penderitanya, bagaimana cara mereka untuk meng-support diri sendiri untuk keluar dari masa kelam tersebut.

                 Penyebab Mental Illness merupakan akibat dari bahan kimia yang tidak normal namun bisa juga dipengaruhi oleh hereditas/genetika dan penyakit fisik serta gangguan medis. Namun, kemungkinan gangguan ini terjadi dikarenakan genetika (turunan dari orangtua ke anak) sangatlah kecil. Ada juga yang disebabkan oleh lingkungan dimana saat dalam kandungan si penderita terkena zat-zat kimia (alkohol dan obat-obatan) yang merusak jaringan otak. Tetapi, akan lebih mudah untuk mengambil tindakan jika gangguan ini sudah terlebih diketahui sebelum penderitanya lahir (sumber: https://hellosehat.com/mental/penyakit-mental/).

  • Perbedaan dari segi diagnosis

                 Untuk mendiagnosa kedua gangguan ini dapat dilihat dari segi gejala dan juga penyebabnya. Untuk trauma pasca terjadi pengalaman-pengalaman buruk dapat didiagnosis sebagai gangguan jiwa berupa Mental Disorder. Sedangkan untuk gangguan jiwa yang terjadi secara turun temurun dari orang tua maupun yang terjadi akibat faktor lingkungan yang mengganggu keseimbangan zat kimiawi otak dapat didiagnosa sebagai gangguan jiwa berupa Mental Illness.

     Namun, hal ini tentu bukan hal yang mudah untuk diputuskan, terlebih kedua gangguan ini memiliki perbedaan yang sangat tipis. Melihat dari gejala, penyebab, dampak dan faktor pendukung saja masih sangat sulit untuk menentukan diagnosanya.

     Cara yang efektif adalah dengan melakukan konsultasi secara bertahap dengan psikolog. Dari konsultasi inilah kita dapat melihat perkembangan-perkembangan kasus yang dialami penderita ini mengarah kepada gangguan jiwa berupa Mental Disorder atau Mental Illness. Selain itu, sangat dibutuhkan kerja sama dari penderita gangguan tersebut agar terbuka dan secara jujur menceritakan hal-hal yang terjadi juga yang dirasakan setelahnya.

  • Perbedaan dari segi pengobatan

                 Untuk psikoterapi dapat diterapkan pada gangguan jenis Mental Disorder maupun Mental Illness dapat dilakukan pengobatan melalui Terapi Perilaku Kognitif. Terapi Perilaku Kognitif atau Cognitive Behavioral Therapy (CBT) sangat bermanfaat untuk orang-orang yang memerlukan pertolongan mengenai kesehatan mental baik itu yang sudah merujuk pada level parah maupun yang hanya terjadi dalam jangka waktu singkat namun berkala. CBT ini dapat membantu penderitanya untuk mengubah pandangannya terhadap masalah-masalah ataupun kejadian-kejadian yang terjadi di dalam hidupnya. Secara tidak langsung jika anda mampu mengubah pandangan terhadap masalah tersebut, maka anda akan dengan sendirinya mencari solusi dari masalah yang sedang dihadapi. Dengan menerapkan CBT ini anda akan melatih pikiran dan mempraktikkan hal-hal positif dalam menghadapi suatu masalah, anda juga dianjurkan untuk fokus kepada masalah-masalah yang pernah terjadi dan masih menghantui, bukan malah memikirkan masalah-masalah yang kemungkinan terjadi di masa depan (overthinking). Karena ini tentu membuat pikiran dan perasaan anda menjadi tidak sinkron.

               Adapun obat-obatan yang dapat membantu dalam proses pengobatan, yaitu:

  • Anti Depresan; Fluoxeline
  • Anti Psikotik; Aripiprazole
  • Pereda Cemas; Alprazolam
  • Mood Stabilizer; Lithium[TER14]

(sumber: https://hellosehat.com/mental/penyakit-mental/)

                 Namun, perlu diketahui bahwa obat-obatan di atas bersifat pereda/penenang saja, tidak dapat menyembuhkan secara total. Untuk pengobatan lebih lanjut dapat dilakukan dengan konsultasi secara rutin dengan psikolog maupun melakukan perawatan di Rumah Sakit Jiwa.

                Jadi, perlu diketahui bahwa membedakan macam-macam gangguan mental sangatlah penting. Untuk gejala yang sama saja diagnosa gangguannya sangat memungkinkan berbeda. Tidak ada salahnya untuk kita sama-sama belajar dan mengetahui lebih jauh lagi mengenai gangguan mental atau gangguan jiwa yang ada untuk mengantisipasi hal itu terjadi baik itu kepada diri sendiri maupun orang lain di sekitar kita.

DAFTAR PUSTAKA

Fadila Ihda. 2021. Mood Disorder (Gangguan Suasana Hati). https://hellosehat.com/mental/gangguan-mood/mood-disorder/ (diakses pada tanggal 23 Maret 2023, 22.56 WIB).

Fadila Ihda. 2022. Mental Illness (Gangguan Mental). https://hellosehat.com/mental/penyakit-mental/ (diakses pada tanggal 23 Maret 2023, 23.36 WIB).

Nurhasim Ahmad. 2022. Data Bicara: gangguan kesehatan jiwa di Indonesia naik dalam 30 tahun terakhir, perempuan dan usia produktif lebih tinggi. https://theconversation.com/data-bicara-gangguan-kesehatan-jiwa-di-indonesia-naik-dalam-30-tahun-terakhir-perempuan-dan-usia-produktif-lebih-tinggi-191768 (diakses pada 30 Maret 2023, 22.25 WIB).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun