Gus Dur dan Surat untuk Penguasa
(Kekuasaan itu Sementara, Cinta Kasih itu Abadi)
Gus..
Aku rindu kamu Gus..
Dulu, aku diberi cerita oleh para tetuaku, hidup sebagai orang Tionghoa di Indonesia begitu sulit, seringkali di diskriminasi karena berbeda. Walau kulitku hitam, tapi aku tak mampu menyamar dengan mata sipitku.
Dulu, aku diberi cerita oleh para tetuaku, hidup sebagai umat Khonghucu di Indonesia begitu berat, seringkali di diskriminasi karena jumlah yang sedikit. Bahkan, ingin menikah saja Negara tak mau mengakui.
Ada apa dengan kaum ku?
Mengapa dengan Tionghoa dan Khonghucu?
Memang aku bisa memilih untuk dilahirkan?
Jika bisa, aku hanya ingin memohon kepada Tuhan, agar aku dilahirkan jadi orang Islandia, karena menurut Indeks Pembangunan Manusia yang dirilis PBB disana Negeri yang paling damai dan tentram diantara negeri-negeri lainnya.
Tapi, ternyata itu semua hanya mimpi. Aku lahir di tanah yang kucinta Indonesia, saat ini dan selama-lamanya, dengan segala dinamika kehidupan yang ada. Karena aku teringat sabda Kong Zi; bahwa tanah air harus dijaga, dari generasi ke generasi. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.