Kemerdekaan berekspresi dan potensi anak akan menjadi terbatas.
Perilaku Tidak Akan Menjadi Kebiasaan dalam Jangka Panjang. Ketika anak-anak melakukan sesuatu hanya karena dipaksa atau diancam, perilaku tersebut tidak akan menjadi kebiasaan yang berkelanjutan. Mereka tidak akan secara sukarela melakukannya ketika tidak ada paksaan atau tekanan dari luar. Ini berarti perilaku yang diinginkan tidak akan terinternalisasi sebagai bagian dari nilai atau identitas mereka.
Hilangnya Ketertarikan dan Munculnya Antipati. Memaksa anak-anak untuk melakukan sesuatu dapat menyebabkan mereka kehilangan minat atau bahkan mengembangkan antipati terhadap kegiatan tersebut.Â
Sebagai contoh, jika seorang anak dipaksa untuk belajar musik meskipun mereka tidak menyukainya, mereka mungkin akan memiliki perasaan negatif terhadap musik, bukan karena musiknya, tetapi karena pengalaman pemaksaan yang mereka alami.
Keterbatasan Kemerdekaan Berekspresi dan Potensi. Memaksa anak-anak dapat membatasi kemerdekaan mereka untuk berekspresi dan mengejar potensi mereka sendiri. Ketika mereka dipaksa untuk mengikuti arahan orang lain secara ketat, mereka mungkin tidak memiliki ruang untuk mengejar minat, bakat, atau tujuan pribadi mereka sendiri.
Dalam jangka panjang, pendekatan memaksa ini dapat menghambat perkembangan anak-anak dalam hal kemampuan untuk membuat keputusan, mengembangkan motivasi intrinsik, dan merasa memiliki tanggung jawab atas tindakan mereka sendiri.Â
Oleh karena itu, ada risiko bahwa mereka tidak akan menjadi individu yang mandiri dan memiliki disiplin diri yang kuat, yang sebenarnya merupakan tujuan dalam pendidikan yang berorientasi pada kemerdekaan dan disiplin positif.
Dampak pemaksaan di atas bertentangan dengan tujuan pendidikan disiplin yang diharapkan. Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa disiplin yang kuat adalah syarat untuk mencapai kemerdekaan. Di mana ada kemerdekaan, di situ harus ada disiplin yang kuat. Dalam konteks pendidikan, untuk menciptakan murid yang merdeka, dibutuhkan disiplin yang kuat, yaitu disiplin diri dan motivasi internal.
Merdeka, menurut Ki Hajar Dewantara, berarti "tidak hanya terlepas dari perintah, tetapi juga cakap dalam memerintah diri sendiri." Oleh karena itu, disiplin harus bersifat "self-discipline," di mana kita sendiri yang mengatur dan mewajibkan diri dengan keras. Jika kita tidak dapat melakukan self-discipline, pihak lain akan mendisiplinkan kita. Dan aturan semacam itu harus ada dalam lingkungan yang merdeka.
Diane Gossen juga mengungkapkan bahwa disiplin diri dapat membantu seseorang menggali potensinya menuju tujuan yang dihargai dan bermakna. Sebagai pendidik, sebaiknya kita menerapkan cara-cara yang lebih positif saat meminta murid melakukan sesuatu tanpa memaksa. Beberapa contoh cara tersebut adalah :
- Mengajak dan mendorong murid untuk melakukan aktivitas yang mereka nikmati.
- Membantu murid menemukan inspirasi dalam melakukan tugas atau kegiatan.
- Membuka jalur komunikasi dengan murid untuk memahami kebutuhan dan minat mereka.
Penting untuk merenungkan apakah kita cenderung memaksa murid untuk patuh atau mengambil pendekatan yang membuat mereka senang dan merasa dihargai dalam belajar. Bagaimana rasanya ketika kita melakukan sesuatu tanpa dipaksa? Pertanyaan ini dapat membantu kita mencari cara yang lebih positif untuk mendidik dan mendisiplinkan anak-anak di dalam kelas.