Mohon tunggu...
Tammy Siarif
Tammy Siarif Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Pengamat Kesehatan

Saya adalah seorang dokter, dan Manager di Rumah Sakit Swasta di Bandung, juga sebagai dosen di Perguruan Tinggi Kota Bandung. dan sekaligus sebagai pemerhati kesehatan,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Malpraktik Medis

3 Agustus 2018   15:19 Diperbarui: 3 Agustus 2018   15:48 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa dokter tidak bisa atau tidak bersedia dipidana kalau pasien yang ditangininya mengalami luka, cacat atau bahkan kematian. Pendapat demikian tidaklah tepat, karena dokter seperti masyarakat lainnya tidak kebal hukum dan dapat bahkan harus dipidana, manakala dokter melakukan tindakan yang melanggar hukum, seperti misalnya mencuri, korupsi, melakukan aborsi ilegal atau melakukan tindakan malpraktik medis

Malpraktik Medis dan Risiko Medis

Pemahaman masyarakat luas, kata malpraktik seolah melekat hanya pada profesi dokter. Kata malpraktik diartikan sebagai praktik yang buruk, istilah malpraktik sebenarnya dapat dikenakan pada semua profesi yang melakukan praktik yang buruk, misalnya Insinyur, Polisi, Profesi Banker dan sebagainya. Jika praktik buruk ini dilakukan oleh dokter, maka dikenal sebagai malpraktik medis.

Perlu pemahaman apa yang dimaksud dengan malpraktik medis,  Apakah dokter yang mengobati pasiennya, kemudian pasien tersebut luka, cacat atau bahkan meninggal, maka pasti dokter tersebut sudah bisa dituduh melakukan malpraktik medis ? 

Dokter dikatakan telah melakukan tindakan malpraktik medis, apabila dalam pelayanan medis kepada pasien, dokter tidak melakukan kewajibannya sesuai dengan Standar Profesi, Standar Operasional Prosedur (SOP), yang mengakibatkan timbulnya kerugian bagi pasien dan kerugian tersebut sebagai akibat langsung dari tindakan dokter yang tidak melakukan kewajibannya dengan baik.

Jika kerugian yang diderita pasien bukan karena hubungan langsung atau hubungan sebab akibat dengan tindakan dokter, maka dokter tidak dapat dikatakan telah melakukan tindakan malpraktik. Demikian pula apabila dokter tidak melakukan kewajibannya, tetapi tidak menimbulkan kerugian pada pasien, maka tidak dapat dikatakan sebagai tindakan malpriktik medis.

 Ada empat unsur untuk memahami apa itu malpraktik medis,

Pertama: harus ada kewajiban untuk melakukan sesuatu, yang sebagai akibat dari adanya hubungan hukum antara dokter dan pasien, yaitu kewajiban dokter untuk bertindak sesuai dengan Standar Profesi dan SOP

Kedua: adanya kelalaian, bila dokter dalam melakukan kewajibannya sudah sesuai dengan Standar Profesi dan SOP, artinya dokter telah melakukan kewajibannya dengan baik, tetapi apabila tindakan tersebut tidak sesuai dengan Standar Profesi dan SOP, maka dokter telah melakukan kelalaian, karena tidak menjalankan kewajibannya dengan baik

Ketiga:  ada kerugian yang dialami pasien, bisa berupa luka, cidera, cacat atau bahkan kematian.

Keempat: ada hubungan sebab akibat, antara kerugian yang diderita pasien dengan tindakan dokter. Jika kerugian yang dialami pasien bukan disebabkan hubungan sebab akibat dengan tindakan dokter, maka dokter tidak dapat dikatakan telah melakukan malpraktik medis.

Untuk mudahnya mari kita lihat contoh berikut:

Seorang pasien berobat kepada dokter A, setelah dilakukan pemeriksaan, dr A memutuskan untuk melakukan amputasi jari tengah tangan kanannya, dr A menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dengan segala resikonya, termasuk resiko yang mungkin terjadi apabila tidak dilakukan amputasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, pasien menyetujui untuk dilakukan amputasi, lalu menandatangani surat persetujuan tindakan.

Pada saat dilakukan tindakan, ternyata yang diamputasi adalah jari telunjuk tangan kanan. Analisa kasus: ada hubungan hukum antara pasien dengan dokter, ada kelalaian dokter, ada kerugian pasien sebagai akibat dari kelalaian dokter, Maka dokter A bisa dikatakan telah melakukan tindakan malpraktik medis.

Contoh berikutnya: seorang pasien berobat kepada dokter B, dari hasil pemeriksaan,  pasien perlu diberikan antibiotik, dari hasil wawancara dokter dengan pasien tidak ditemukan adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan, Setelah pasien memakan antibiotika tersebut, pasien mengalami lepuh-lepuh disebagian tubuhnya, sehingga pasien harus dirawat inap dirumah sakit.

Analisa kasus; dokter tidak bisa dikatakan telah melakukan tindakan malpraktik, karena antibiotik yang diberikan sudah sesuai dengan indikasi medis dan sudah menanyakan kemungkinan adanya riwayat alergi terhadap obat-obat tertentu, pasien mengalami kerugian, tetapi kerugian tersebut bukan karena kelalaian doketer, sehingga dokter tidak bisa dipersalahkan telah melakukan tindakan malpraktik medis.

Kejadian ini dikenal sebagai resiko medis, yaitu suatu keadaan yang tidak dikehendaki baik oleh pasien maupun dokter, setelah dokter melakukan upaya maksimal sesuai dengan standar, tetapi kejadian tetap terjadi. Pada resiko medis, dokter tidak dapat dipersalahkan atau dianggap telah melakukan malpraktik medis.

Kapan resiko medis dapat terjadi?  Resiko medis dapat terjadi pada setiap orang dan kejadiannya tidak bisa diperkirakan, karena setiap orang mempunyai kepekaan dan sensifitas yang berbeda, juga metabolisme yang tidak sama persis antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi resiko medis bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja pada setiap tindakan medis yang dilakukan.  

Selama ini masyarakat, dan mungkin beberapa penegak hukum masih kurang memahami perbedaan antara malpraktik medis dengan resiko medis, Resiko medis kerap dipersamakan dengan malpraktik medis, padahal tidak semua kerugian yang dialami pasien (luka, cacat bahkan kematian) adalah akibat dari malpraktik medis, karena resiko medis juga dapat menimbulkan luka, cidera, cacat atau bahkan kematian. Pada resiko medis dokter tidak dapat di hukum, karena pada resiko medis tidak ada kelalaian yang dilakukan dokter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun