Setengah alamat rumahmu mungkin milik rakyat!
   Hajakusuma mengernyitkan dahinya, ia mencoba menghilangkan teriakan-teriakan itu dari kepalanya. Teriakan itu baru hilang saat supir Hajakusuma menepuk pelan pundaknya.
   "Bapak enggak kenapa-kenapa?" tanya supirnya, khawatir.
   Hajakusuma hanya menjawab dengan gelengan dan bergegas masuk ke dalam rumahnya.
   Hujan masih menyiram ibukota. Kali ini disertai sambaran-sambaran petir dan kilat. Di tengah cuaca dingin ini, Hajakusuma ingin menyantap hidangan yang hangat. Hajakusuma memerintahkan pembantunya untuk memasak makanan dan mengantarkan hidangan-hidangan itu ke kamarnya.
   Setelah semua makanan dihidangkan, Hajakusuma bersiap untuk menyantap makanannya. Namun teriakan itu kembali lagi. Kali ini terdengar lebih lirih.
   Padi milik rakyat.
   Padi milik rakyat.
   Lauk di atas piringmu setengah porsi rakyat.
   Padi milik rakyat.
   Padi milik rakyat.