Lagi-lagi Me'Yogi tersenyum memperlihatkan ruang kemandirian energi tempat keluarganya mengolah aneka menu masakan setiap hari. Kompor biogas satu tungku dengan mudah dihidupkan. Terlihat api biru menyala sempurna dan merata. Menurut mereka memasak dengan api biogas tidak membutuhkan waktu yang lama, lebih cepat dari penggunaan gas biasa.
Me' Yogi mengenang saat awal pembuatan instalasi sekitar tahun 2017/2018. Dia menambahkan,  Tidak semua warga berkenan dengan pemasangan instalasi, hanya yang mau saya- tidak ada paksaan dari pihak yang memfasilitasi yakni BUMDes Mandala Sari dan dukungan penuh dari perusahaan air minum dalam kemasan yang beroperasi di wilayah Mambal. Me'Yogi merasa sangat terbantu dan berterima kasih karena merasakan manfaat dari pembuatan biogas. Tak hanya menghasilkan gas untuk memasak, sisa fermentasi menghasilkan bio-slury yang banyak digunakan  oleh petani sebagai pupuk organik.
Lebih lanjut Me'Yogi menuturkan bahwa tenang rasanya menggunakan biogas, tidak kuatir dan sangat hemat. Geg Rani menambahkan, kecuali jika ada kebutuhan upacara yang mengharuskan kami masak banyak, maka mau tidak mau membeli tambahan gas dari luar. Perempuan lintas generasi itu berkisah tidak terasa sudah lebih dari 6 tahun. Sejak Geg Rani masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar hingga sekarang sudah kelas 2 SMP, EBT dari kotoran babi setia menjadi sumber bahan bakar di dapur keluarga. Tidak ada bau yang tercium sedikitpun dari penggunaan biogas di dapur Me' Yogi, Â Sempurna!.Â
Takjub  dengan senyum  Me' Yogi  yang  menyulap kotoran sapi yang  menjadi biogas. Di Bongkasa Pertiwi, Me' Yogi bukan satu-satunya perempuan pendulang EBT. Ada Nini Diah, Bu Nadi , Gung  Canthi, Gung Mangku, Bu Mayun,. Dayu Biang, Bu Eka dan sederet nama perempuan lain yang sudah berperan lebih dari sekedar pengguna, melainkan pendulang sekaligus transformer yang telah berkenan berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada sesama perempuan lintas generasi , lintas budaya dan lintas gender tentunya.
Setelah pamit dan mengucap terima kasih kepada Me' Yogi dan Geg Rani,  sepanjang perjalanan Bongkasa Pertiwi menuju Denpasar, saya melangitkan harap. Harus kian bertambah perempuan melek  EBT baik dari kotoran babi maupun sapi di  penjuru Indonesia. Upaya menciptakan kesejahteraan keluarga dan kesejahteraan kolektif kaum perempuan perlu mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Tak terkecuali dari Oxfam yang selama ini berfokus pada keadilan gender, keadilan ekonomi, dan hak-hak dalam krisis.
Kolaborasi, sinergi dan afiliasi program Oxfam yang telah sejalan dengan beberapa program pemerintah Indonesia hendaknya mendapat dukungan penuh terkait dengan pemerataan wilayah yang sarat tradisi di Nusantara. Sebagai perempuan yang sudah mendapat sedikit bekal ilmu terapan biogas dari Me'Yogi saya merasa tertantang untuk bertemu perempuan yang siap mendulang EBT untuk masa depan perempuan yang berkelanjutan tidak saja di Bali, namun di beberapa daerah dengan potensi tradisi dan peternakan babi/sapi  seperti Ambawang - Kalimantan Barat, Pulau Madura, Kalimatan Utara, Maluku Utara, Boyolali jawa Tengah dll. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H