Tak jarang jika kita melintas desa Songan, salah satu desa yang menjadi pusat akulturasi budaya etnis Tionghoa dan Bali terdapat pula pedagang keliling minuman tradisional khas desa Panglipuran Bangli. Yakni Cem-cem, minuman tradisonal berwarna hijau segar yang merupakan khasanah kuliner tradisional Bali ini konon memiliki khasiat menjaga kebugaran. Rasanya pun tak kalah nikmat dengan jus kedondong kiamboy yang banyak dijual di outlet modern. Jangan ditanya tengtang harga, sebotol cem-cem dijual 6000 rupiah. Bisa dibawa pulang ke Denpasar untuk persediaan minuman alami dengan daya simpan 3-4 hari jika masuk lemari es.
Puas berkeliling beberapa desa di sudut kintamani sembari menghirup segarnya udara yang kaya akan oksigen, saatnya duduk santai dan rileks sejenak menikmati aroma dan rasa kopi Arabica Kintamani di tempat yang menyuguhkan bonus pemandangan alam sarat energi. Selama 1-2 jam saya melepas pandang ke setiap penjuru. Mata terasa segar, fikiran kembali fokus batinpun penuh getaran energi positif yang mampu memulihkan lelah dalam seketika.
Sejurus semangat kembali bangkit, fikiran yang jernih mulai menata langkah dan rencana. Hati yang bahagia menjadikan tubuh terasa sehat penuh energi. Ah, Melali ke Kintamani, chill and heal ala Bali nyatanya tak menguras isi dompet.Â
 Sehari penuh merasakan sensasi energi pemulihan alam di sisi utara pulau Bali hanya berbekal dua hingga tiga ratus ribuan saja, sudah termasuk sewa sepeda motor, isi bahan bakar, menikmati kuliner lokal hingga kopi di cafe kekinian. Dan yang terpenting Saat pergi terasa penat, Pulang bahagia , penuh semangat lagi sehat berenergi.
Salam Bahagia dari Bali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H