Kemudian setelah Vihara, tengah ramai umat melaksanakan Ibadah Sore Minggu Paskah di Gereja Katholik Maria Bunda Segala Bangsa (MBSS). Layaknya warga Bali yang tengah merayakan hari besar keagamaan, terlihat penjor khas Bali menghias di akses masuk Gereja MBSS. Kesan semarak perayaan paskah begitu tampak terlihat.
Sementara persis di sebelah kirinya, lokasi paling ujung Puja Mandala berdiri masjid Ibnu Batutah tempat ibadah muslimin muslimat yang tengah ramai pula didatangi warga menunggu waktu berbuka puasa.
Ramah pengurus masjid Ibnu Batutah menyambut kedatangan jamaah yang hendak berbuka puasa sekaligus menunaikan shalat maghrib berjamaah. Tak terkecuali kepada saya yang dengan penuh antusias menyimak dan menikmati suasana senja di Puja Mandala.
Dari sudut masjid Ibnu Batutah, yang diambil dari seorang nama musafir penjelajah asal Maroko saya benar-benar terharu. Seumur-umur berbuka puasa di masjid, baru kali ini saya merasakan suasana toleransi antar umat beragama yang begitu kuat.Â
Waktu menunjukkan pukul 18.00 WITA. Pura Hindu memperdengarkan Mantram Trisandya, sebagai sebentuk terpanjatnya doa saat senja untuk perlindungan kebaikan. Sementara tak seberapa lama dentang lonceng dari Gereja membawa gema yang mengantaikan pesan damai dan suka cita.
Dari dalam masjid, seorang ustadz tengah membuka ceramah menjelang waktu berbuka. Ucapan salam yang memiliki tafsir sebagai mendoakan keselamatan bagi sesama muslim seolah turut dihantarkan oleh doa dari Pura dan dentang lonceng gereja. Hal itu sempat membuat bulu kuduk saya meremang, meresapi suasana kebathinan yang jarang bisa ditemukan.