Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Agam

14 November 2022   19:41 Diperbarui: 14 November 2022   19:58 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cupo duduk di depan menemani Abu. Sementara si kecil Agam Bersama Mak duduk di belakang. Keranjang bekal berisi aneka makanan untuk sarapan dan tas berisi baju ganti Mak letakkan di pojok belakang kemudi. Pintu belakang labi-labi sengaja tidak ditutup.

Hari ini, Abu punya niat mengantarkan para pedagang pasar yang berangkat sebelum subuh dengan cuma-cuma. Tak ditariknya bayaran seperti hari biasa. Sebab hari ini hari istimewa, hitung-hitung berbagi berkah sebagai ungkapan rasa syukur karena Cupo genap berusia 7 tahun.

Dan benar saja, dalam perjalanan Lhok Nga menuju Lampuuk yang hanya berkisar 10-15 menit, ada beberapa warga yang ikut menumpang labi-labi.

"Teurimong gaseh beh", penuh suka cita mereka turun dari labi-labi tanpa membayar tarif seperti biasanya.

Abu dan Mak pun dengan suka cita mengajarkan pada Cupo dan Agam makna berbagi pada sesama. Kumandang Adzan menggema di Tanah Rencong. Pelataran masjid Lampuuk menjadi tempat pemberhentian labi-labi berwarna hitam. Keluarga Agam khusuk menjalankan kewajiban seraya berucap syukur atas limpahan kebahagiaan.

"Mak, Lapaar" Cupo mulai merengek.

"Sebentar kita sarapan di pantai saja" begitu jawab Mak sembari menggandeng Agam.

Cukup lama mereka berada di Masjid, selesai subuh ada tausiah yang lumayan Panjang dari ulama setempat, dan sempat membuat Agam mengantuk akibat bangun terlalu pagi.

Matahari telah muncul dengan sinar keemasan. Keluarga Agam bergegas menelusuri jalan menuju pantai Lampuuk. Abu menggelar tikar anyam diatas hamparan pasir putih, tak seberapa jauh dari gurumbul pinus. Mak membuka isi keranjang, menata piring seng, gelas plastik dibantu oleh Cupo.

Abu menanyakan apakah Sanger dalam termos tidak tertinggal di rumah, sebab sanger sudah menjadi minuman yang kenikmatannya mendarah daging bagi Abu yang setiap hari mengemudi labi-labi.

Perpaduan aroma Ayam tangkap dan nasi gurih, hidangan yang membuat perut cupo makin keruyukan. Mak menyuapi Agam yang ingin lekas bermain pasir. Dia berbisik, bolekkan meminjam sendok untuk mengeruk pasir-pasir di pinggir pantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun