Makan yang cukup menjadi salah satu kuncinya. Yang penting cukup makan-minum-istirahat jika capek. Begitu kilah mereka. Â Dari Pak Turyono saya sedikit merekam kisah lapak kenanga.
Usia lapak sampah plastik itu berkisah 5-6 tahunan. Tidak ada bau yang cukup mengganggu saat kita memasuki kawasan itu. Hanya tumpukan sampah plastik yang jauh dari kesan rapi saja yang menjadikan kurang sedap dilihat oleh mata. Luas lahan kisaran lebih dari 1 Ha. Ada 3 blok lapak sampah.Â
Blok  depan dihuni kisaran 20 keluarga. Blok tengah yang saya datangi dihuni oleh kisaran 40 keluarga. dan blok Belakang yang baru dibangun dan hanya dihuni kurang dari 20 keluarga. Kesemuanya bekerja sebagai pengumpul sampah plastik dari jalanan. Mereka merupakan pendatang yang rata-rata berasal dari wilayah republik ngapak di sekitaran Purbalingga- Cilacap- Banjarnegara.
Dari 3 blok tersebut masing-masing memiliki bos, seorang yang memegang peran utama bagi perputaran ekonomi di peradaban yang luar biasa. Dalam  1 minggu 1 pekerja pengumpul sampah menyetor hasil dan menerima imbalan berdasarkan banyak-sedikitkan quota sampah yang berhasil di kumpulkan.Â
Kisaran pendapatan mingguan jika sedang beruntung bisa mencapai Rp. 500.000 masih harus di potong untuk iuran listri, kasbon dan catatan warung tempat mereka memenuhi kebuhan hidup sehari-hari. Tetap bersyukur adalah cara mereka mencukupkan semua kebutuhan atas penghasilan dari berkah sampah plastik bagi keluarganya.
Lapak Kenanga, peradaban sampah plastik konvensional yang menjadi mata rantai untuk terus menekan jumlah salah satu item pengganggu keseimbangan bumi. Mereka menjadikan sampah plastik menjadi berkah tersendiri.Â
Ada hal yang masih terus digali terkait dengan ketersediaan sarana air bersih baik untuk MCK, terlebih untuk mereka konsumsi sehari-hari.Â
Edukasi memilah sampah plastik melalui 3 R, Reduse - Reuse- Riclycle menjadi harapan bahwa mereka bisa mendapatkan pengetahuan baru dalam memperlakukan sampah plastik tidak semata sebagai objek pembawa materi. Harus ada peningkatan edukasi bagi pekerja lingkungan level biasa seperti mereka.Â