"aku Thaha (Toha), Thaharah, yang sempat kau ajak nonton konser Dewa 19 di GOR Satria dulu" kalimat demi kalimatnya membuka ingatanku.
Aahh ,si Toha yang dulu penampilannya metal, kenapa sekarang berubah bak penceramah? Â Aku masih tidak percaya.
Bergegas, Toha memaksaku masuk dalam mobil mewahnya. Tak lupa mengajak serta Suci dan Fitri. Kami tak menyangka sama sekali pertemuan ini menjadi anugerah tersendiri.
Toha mengajak kami berbuka puasa disebuah restoran. Setelahnya dia mengajak kami singgah di rumahnya yang gedongan. Istri dan anak Toha menyambut kami dengan penuh suka cita.Â
Bahkan kami diminta merayakan lebaran di rumah mereka. Baju-baju baru mereka siapkan. Toha menyuruh kami membersihkan badan. Sebuah kamar mereka persilahkan untuk kami tempati.
Rumah si Toha besar dan bersih. Sebersih hatinya yang telah memberi kami nikmat luar biasa. Pun dia mengingatkan aku dan Suci bahwa sebagian penghasilan dari kami mengamen jangan lupa untuk disisihkan guna membayar zakat fitrah.
 Dari situlah aku, Si Karim, Suci Istri dan Fitri anakku benar-benar menjadi keluarga yang bersuci di hari raya. Terlebih dengan hadirnya di Toha, manusia metal yang kini telah berubah total, sesuai arti namanya. Thaharah, yang artinya bersuci, dia pun memperlihatkan kepada kami untuk bersuci lahir dan batin.
Ahh ternyata selera Toha berubah. Dia tak lagi memintaku menyanyikan lagu dari banda kesayangannya dulu. Melainkan dia memintaku mengirinya bernyanyi sebuah lagu Suci Dalam Debu dari Salim Iklim...
Engkau bagai air yang jernihÂ
Di dalam bekas yang berdebu..
....