Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Selembar Surat untuk Mbakyu Perempuan, Terselip dalam Bingkisan Lebaran

9 Mei 2021   23:36 Diperbarui: 9 Mei 2021   23:38 2799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pri Saya, Mba Dani, keponakan dan Kaka Ipar Perempuan .foto saat kumpul lebaran sebelum pandemi

 Ada tradisi tak tertulis dalam keluarga besar kami, bahwa setiap lebaran maka mereka yang lebih muda mengirimkan bingkisan lebaran. Biasanya berisi aneka makanan dan minuman. Ya, sebuah simbol kekerabatan mewujud dalam hantaran bingkisan, Orang Tegal bilang, "ora ketang gula teh", (meskipun hanya berupa gula dan teh).

Sementara biasanya yang berusia lebih tua menyiapkan amplop yang diperuntukkan utnuk anak-anak dari keluarga yang berusia lebih muda. Begitulah salah satu tradisi lebaran yang mau tidak mau berubah menyesuaikan protokol kesehatan selama pandemi.

Ehem..kira-kira, tanpa saya terjemahkan maknanya, rekan Kompasianers dan pembaca yang Budiman apakah mengerti arti bahasa ngapak dalam surat saya diatas?!

Dalam surat tersebut saya menitipkan bapak dan ibu serta berharap mereka sehat tak kurang suatu apa. Saya juga menyebut nama Mas Gino, dia adalah Kakak ipar, suami dari Kakak perempuan saya. 

Begitu juga saya menyebut nama Dinda, dia adalah keponakan yang saat ini masih bekerja di perusahaan elektronik di Malaysia pasca tamat SMK.

Badanan, atau Bada istilah/bahasa yang digunakan warga ngapak Tegal dan sekitarnya untuk menyebut hari raya. Sementara nama Ratmi yang juga tertulis dalam surat adalah teman sepermainan saya sewaktu kecil. Nama lengkapnya Suratmi. Dia salah satu pengurus Kegiatan santunan anak yatim di Desa kami. 

Begitulah surat singkat saya kepada Kakak perempuan. Dua tahun kami tidak bertemu. Pastinya banyak cerita yang tidak akan pernah bisa diungkap lewat surat. Semoga Korona lekas minggat, sehingga kita semua bisa berkumpul bersama keluarga.

Adakalanya surat menjadi sesuatu yang romantis, dan penuh kenangan jika itu dikirim untuk seseorang yang istimewa layaknya sedang kasmaran. Namun untuk keluarga, selembar surat tentu tak bisa mengganti kenyamanan saat kumpul bersama keluarga.

Dok.pri saya dan keponakan yang bernama Dinda, foto saat lebaran sebelum pandemi
Dok.pri saya dan keponakan yang bernama Dinda, foto saat lebaran sebelum pandemi
Salam dari saya yang oleh keluarga biasa  dipanggil  dengan nama kecil Uut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun