Saat saya bertanya perihal puasa Zidan dan Aisha, sang bunda menjawab:
"Prinsipnya sih masih sama dari tahun ke tahun, memberi reward atas prestasi puasa. Alhamdulillah sampai hari ini anak-anak belum ada yang bolong, Aisha juga rajin membantu membuat kue-kue kering pesanan untuk lebaran".
Tak hanya itu mbak Lia bahkan menceritakan bahwa mereka rajin shalat taraweh dirumah. Apalagi ketika sesekali mereka mengadakan buka puasa bersama dengan penghuni kontrakan lain. Intinya sih tidak bannyak menekan anak-anak dengan larangan apalagi ancaman.
Ada hal menarik bagi saya, bahwa mendidik anak-anak untuk beribadah di bulan suci Ramadan harus dengan suasana yang penuh kegembiraan. Jangan sampai dunia anak-anak justru menjadi ruang beban untuk melakukan sebuah kegiatan yang bersifat spiritual keagamaan.
Duh, kiranya saya harus berterima kasih kepada keluarga mbak Lia, dari mereka saya belajar banyak tentang mendidik anak dengan tepat agar mulai mengenal ibadah puasa dan ibadah lainnya. Dan yang terpenting adalah menyangkut keteladanan, dimana sebagai orang tua kita harus memberi contoh bagi anak-anak kita.
Atas sepengetahuan mbak Lia juga tulisan ini saya buat. Semoga bermanfaat bagi saya pribadi, ataupun bagi rekan-rekan yang membacanya.
salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H