Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Glotak Mercon, Menu Berbuka Puasa ala Tegal yang Rasanya Laka-Laka

26 April 2021   23:55 Diperbarui: 27 April 2021   00:16 2609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.pri memasak Glotak Mercon untuk berbuka

Adakah yang pernah mencicipi panganan khas Tegal satu ini?. Sebut saja namanya, Glotak atau manakala ditambahkan sensasi mercon didalamnya, semua sudah mengira pasti pedas rasanya.

 Sayangnya Glotak sampai saat ini tidak akan pernah dijumpai di warteg alias warung Tegal yang banyak tersebar di beberapa kota besar, Jakarta khususnya. Glotak hanya bisa dinikmati di tempat asalnya Tegal-Slawi dan sekitarnya. Belum bisa mengorbit di daerah yang berbeda seperti layaknya seblak.

Dari namanya saja, kita sudah bisa mengira bahwa kuliner satu ini pasti punya sensasi rasa yang tak biasa. Bahasa Tegalnya Laka-laka. Secara tampilan Glotak jauh dari kesan menarik. 

Teksturnya menyerupai bubur berwarna coklat kehijauan. Didalamnya terdapat potongan tulang hingga ceker ayam. Ada pula potongan cabai hijau besar yang hanya dibelah dua. Plus cabai rawit utuh untuk menandakan bahwa ada "mercon" yang siap meledak di mulut kala menikmatinya.

Semangkuk Glotak untuk berbuka.dok.pri
Semangkuk Glotak untuk berbuka.dok.pri

Ramadan kali ini saya membuat  glotak sebagai pengobat kerinduan akan cita rasa menu yang banyak dijual saat bulan puasa ala kampung halaman saya. 

 Bahan utama glotak adalah tempe gembus, ada yang menyebutnya menjos, bahkan di Pantura sana ada yang menamai gembus dengan istilah "tlembuk". Ya,gembus terbuat dari ampas tahu yang dibentuk kotak menyerupai tempe.

Sulitnya mencari gembus dalam jumlah banyak membuat saya berinovasi dengan menggantinya dengan oncom. Sepintas dua bahan ini serupa meski tak sama.

Ciri khas glotak ada pada tulang ayam yang biasanya bisa diganti dengan ceker ayam. Tidak lupa potongan cabai merah hijau dan cabai rawit utuh yang disertakan. 

Bumbu glotak terbilang lengkap. Bawang putih , bawang merah, ketumbar, sereh, daun bawang, daun salam, daun jeruk, jahe kunyit, lengkuas, garam dan air kaldu. Bumbu ini pula yang membuat rasa gembus sebagai bahan utama glotak menjadi naik kelas.

cara membuatnya sederhana, gembus dimarinasi kemudian digoreng setengah matang dan dilumatkan. Haluskan bawang merah bawang putih dan ketumbar. Lalu tumis. Masukkan bumbu lainnya. 

setelah bumbu harum masukan tulang ayam dan ceker. Aduk rata. Masukkan gembus yang sudah dihaluskan. Tambahkan air. Aduk-aduk dan biarkan mendidih. Angkat ketika tektuks gembus sudah menyerupai bubur.

Menikmati glotak sebagai menu berbuka puasa sungguh luar biasa sedapnya.Rasanya jelas laka-laka. Asin gurih pedas. Tidak ada sentuhan manisnya. 

Seperti namanya, ada bunyi khas saat memasak glotak. Tulang ayam yang diaduk cenderung mengeluarkan bunyi "glotak-glotak" manakala bersentuhan dengan dinding panci atau wajan. Meskipun suara itu lamat-lamat terdengar.

Kesan pertama melihat Glotak sungguh tidak mengundang selera. Tapi selanjutnya ulalaaa...pasti akan nagih untuk mengulang menikmatinya. Sayang, keberadaan glotak begitu sulit ditemukan. 

Tak jarang ada pedagang glotak yang menyajikan glotak bersama dengan bubur beras. Cita rasa bubut yang gurih diberi glotak diatasnya. Disantap selagi hangat.

 Selain bubur, ada pasangan nikmat lainnya yang menambah selera dalam menyantap glotak. Yakni kerupuk kuning atau kerupuk glopot, yang dalam bahasa Indonesia artinya Kotor.

Kerupuk glopot (kotor), sepintas tampak kotor. Ada campuran warna hitam seperti habis jatuh ketanah. Padahal itu merupakan bumbu yang menempel pada kerupuk. 

Tekstur glotak yang padat cenderung cair sangat enak ketika diambil dengan kerupuk glopot. Tambahan tekstur kriuk dari kerupuk berpadu seolah menjadi orkestrasi menu dalam mulut. Ah sungguh penuh sensasi.

Diantara banyaknya menu otentik khas Tegal,glotak merupakan salah satu menu yang harus dilestarikan keberadaanya. Kini, jarang orang menjual glotak. Hanya pada bukan Ramadan, dimana banyak warga bmmencari menu berbuka saja glotak menjadi mudah dijumpai.

Terlebih menyoal upaya menjadikan glotak agar lestari keberadaannya. Anak-anak zaman now kian jarang mengenal apalagi mencicipi glotak. Dilihat dari tampilannya saja, anak-anak pasti lebih kenal burger, hot dog, dan sebagainya yang kerap diiklankan dibanding glotak yang memang menjadi sebuah menu laka-laka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun