Adakah yang pernah mencicipi panganan khas Tegal satu ini?. Sebut saja namanya, Glotak atau manakala ditambahkan sensasi mercon didalamnya, semua sudah mengira pasti pedas rasanya.
 Sayangnya Glotak sampai saat ini tidak akan pernah dijumpai di warteg alias warung Tegal yang banyak tersebar di beberapa kota besar, Jakarta khususnya. Glotak hanya bisa dinikmati di tempat asalnya Tegal-Slawi dan sekitarnya. Belum bisa mengorbit di daerah yang berbeda seperti layaknya seblak.
Dari namanya saja, kita sudah bisa mengira bahwa kuliner satu ini pasti punya sensasi rasa yang tak biasa. Bahasa Tegalnya Laka-laka. Secara tampilan Glotak jauh dari kesan menarik.Â
Teksturnya menyerupai bubur berwarna coklat kehijauan. Didalamnya terdapat potongan tulang hingga ceker ayam. Ada pula potongan cabai hijau besar yang hanya dibelah dua. Plus cabai rawit utuh untuk menandakan bahwa ada "mercon" yang siap meledak di mulut kala menikmatinya.
Ramadan kali ini saya membuat  glotak sebagai pengobat kerinduan akan cita rasa menu yang banyak dijual saat bulan puasa ala kampung halaman saya.Â
 Bahan utama glotak adalah tempe gembus, ada yang menyebutnya menjos, bahkan di Pantura sana ada yang menamai gembus dengan istilah "tlembuk". Ya,gembus terbuat dari ampas tahu yang dibentuk kotak menyerupai tempe.
Sulitnya mencari gembus dalam jumlah banyak membuat saya berinovasi dengan menggantinya dengan oncom. Sepintas dua bahan ini serupa meski tak sama.
Ciri khas glotak ada pada tulang ayam yang biasanya bisa diganti dengan ceker ayam. Tidak lupa potongan cabai merah hijau dan cabai rawit utuh yang disertakan.Â
Bumbu glotak terbilang lengkap. Bawang putih , bawang merah, ketumbar, sereh, daun bawang, daun salam, daun jeruk, jahe kunyit, lengkuas, garam dan air kaldu. Bumbu ini pula yang membuat rasa gembus sebagai bahan utama glotak menjadi naik kelas.
cara membuatnya sederhana, gembus dimarinasi kemudian digoreng setengah matang dan dilumatkan. Haluskan bawang merah bawang putih dan ketumbar. Lalu tumis. Masukkan bumbu lainnya.Â