Pernah suatu hari beliau menyampaikan sesuatu,
"Moel, kalau kamu tidak bisa memberi jangan pernah mengambil." Ini terngiang terus hingga sekarang.
Hari ini, saya kehilangan seorang senior, seorang panutan.
Tapi tanah air tidak pernah kehilangan pengabdian dan jasa seorang.
JIka saja pak Moel ingat dan kembali mencerna makna atas apa yang disampaikan Alm. Pramono Edhi Wibowo. Tentu Pak Moel akan berfikir kembali terkait geger pengambil alihan kepemimpinan partai demokrat.Â
Kecuali memang, jika ternyata Pak Moel sudah merasa bisa memberi selama ini. Maka berdasarkan "pemberian" itu pula mungjin menjadi pijakan kenapa ia harus mengambil alih Demokrat dengan cara yang cukup menggemparkan layaknya Kudeta.
Sayang saya tidak menemukan foto /unggahan pak Moel terkait AHY. Sebagai seorang emak, saya sadar ini bukan jalinan cerita sinetron Ikatan cinta. Â Ini bukan pula sebentuk rasa yang pernah ada. Jika dulu begitu dekatnya Pak Moel dengan keluarga SBY, mengapa kini harus ada sengketa kepemimpinan politik diantara mereka?.
Semudah itukah unggah ungguh politik yang harusnya menjadi tauladan dari sosok seorang Jenderal?melupakan semua rekam jejak yang pernah tercatat dalam lembaran negara. Masihkah ada itikad baik dari Pak Moel untuk bertemu pak SBY agar konflik dualisme kepemimpinan Demokrat Versi Moeldoko dan AHY memiliki titik terang penyelesaian?. Come on Pak Moel Sang Putera Kediri dan AHY sang Putera Pacitan. Negeri ini butuh kedamaian lebih dari sekedar perebutan posisi ketua umum Partai.
Sebagai emak-emak yang punya semangat makantar-kantar, sungguh saya tidak berharap para petinggi negeri ini menempuh Prahara hanya unruk sekedar mendapatkan kuasa!!! cukup dalam dunia drama korea atau sinetron saja.
tanpa pekik merdeka
salam saya,Â
emak gaul pegiat media sosial