Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Kasih Tak Sampai] Jumirah Oh Jumirah

5 Desember 2020   23:29 Diperbarui: 5 Desember 2020   23:59 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baginya, kecantikan yang ia miliki tidak akan diberikan cuma-cuma pada laki-laki biasa saja. 

"Saya belum bisa berpikir ke arah sana, Mas. Berulangkali saya katakan hal yang sama pada orang-orang yang menanyakan." Begitu kilah Jumirah saat laki-laki yang dalam benaknya biasa saja secara harta bermaksud melamarnya.

Satu persatu lelaki yang berharap bisa mempersunting Jumirah si Kembang desa meranggas bagai daun jati berguguran. Kecuali Susilo yang sedang menunggu waktu untuk bicara pada bapaknya, agar si saudagar beras itu melamar Jumirah sebagai menantunya.

Yakin, Jumirah akan menerimanya. Siapa yang tidak mau menjadi menantu juragan beras ternama?. Menjadi istri pemilik kedai Mie Ayam "Mas Sus" yang terletak di depan Balai desa yang sudah banyak pelanggannya.

Malam demi malam berlalu. Tidak seperti biasanya, Susilo mendapati bapaknya begitu sibuk. Hampir setiap hari juragan beras itu pulang larut malam. Dan berangkat pagi-pagi buta sebelum Kokok ayam jantan bersahutan.

"Halo Le, kenapa kok telpon?, " Begitu suara Mulyono menanggapi telpon dari Susilo pada suatu petang.

"Nganu pak, saya mau bicara sesuatu yang penting. Kalo bisa pulangnya jangan malam-malam ya pak, keburu saya tidur" jawab Susilo penuh harap

"Woalah, bapak masih ada urusan di Kota kecamatan nganter pasokan beras untuk bansos. Tidak bisa janji, Sepurane ya Le". Mulyono langsung mematikan hape begitu melihat perempuan semampai berjalan menghampirinya. 

Belum saatnya dia memberitahukan kepada Susilo, bahwa dia akan punya ibu tiri baru. Biarlah nanti jadi kejutan. Senyum Mulyono sembari membatin.

Pendemi korona membawa berkah tersendiri baginya. Sebagai juraga beras, dia banyak mendapat pesanan hingga beratus kali lipat dari sebelum ada wabah. Pesanan beras itu pada umumnya memenuhi ketersediaan bantuan sosial dari beberapa pejabat yang ingin berbagi pada masyarakat. 

Itulah kenapa dia berani mendekati Jumirah. Keuntungannya memasok beras sedemikian mengalir deras. Sudah cukup rasanya kepemilikan sawah, selepan beras hingga gudang padi di desanya. Apalagi dia cuma punya anak laki-laki semata wayang yang sudah cukup puas ketika diberi modal membuka kedai mie ayam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun