Pemuda desa tewas mengenaskan, ...
Begitu kurang lebih isi berita dari tautan berita online tak ternama yang terkirim melalui whassap. Baru tiga hari ponsel keluaran terbaru merk terkenal itu berada dalam genggaman tangan perempuan yang juga disebut-sebut dalam berita tersebut.
Dadanya bergemuruh ketika membaca nama Susilo , Mulyono. Nyaris tidak percaya bahwa keputusan untuk menikah berbuntut tragedi.Â
Bagaimana tidak?! Sebagai perempuan yang pernah mengenyam kehidupan Kota, Jumirah berharap angan-angan memiliki barang-barang mewah bisa lekas tercapai dengan menikahi laki-laki kaya dari desanya.
Kepulangan Jumirah pun bukan tanpa alasan. Kala itu hape tanpa kamera miliknya mengeluarkan bunyi yang tak merdu sama sekali. Tidak ada foto yang muncul dilayar hapenya, seperti kebanyakan hape yang dimiliki teman-temannya, sesama asisten rumah tangga dari rumah gedong tetangga sebelah.
Awalnya Jumirah ragu menerima panggilan itu. Karena bunyi berisik nyaris tengah malam itulah akhirnya Jumirah menerima panggilan yang ternyata berasal dari kampungnya. Siapa sangka, hal itu terulang hampir tiap malam.Â
Jumirah dimabuk angan. Iming-iming kepemilikan hape bagus, hingga motor matic pun membius Jumirah. Menuntunnya kembali pulang ke desa, menunggu untuk dilamarÂ
Sejak kepulangan Jumirah dari kota, Susilo seperti melihat sosok perempuan baru. Hampir ia tak mengenali lantaran gaya rambut, pakaian, kacamata dan gincu yang dikenakannya. Penampilan Jumirah kali ini nyaris mengubur bayangan Susilo tentangnya.Â
Susilo, anak pedagang beras yang kaya raya di desanya sudah lama mengagumi sosok gadis desa yang dulunya lugu dan sederhana itu. Dia bercita-cita, setelah memperistri Jumirah, Susilo akan ikut Jumirah mengadu nasib di Kota. Selama ini Gerobag mie ayamnya cukup punya nama. Hampir menyaingi usaha bapaknya yang sudah dikenal sebagai juragan beras.
Tidak lagi sekedar mie ayam Pondohsari, melainkan mie ayam Wonigiri. Di kota nanti pasti akan banyak pembeli, apalagi kalo Jumirah perempuan cantik itu ikut melayani. Susilo terkekeh, saat membayangkan hidup bersama Jumirah si kembang desa di Perantauan.Â
Sebelum kepergian Jumirah ke kota Jakarta, sudah banyak lelaki di desa ini berusaha mendekatinya. Termasuk pak carik Maryoko, pak RT Sumardi yang baru tiga bulan ditinggal mati istrinya, dan Kasino pemilik bengkel motor satu-satunya di desa penghasil gaplek. Mereka sering mendatangi rumah Jumirah diam-diam. Namun Jumirah tidak bergeming.