Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

3 Jam bersama Panembahan Reso, antara Wanita dan Singgasana Raja

26 Januari 2020   19:04 Diperbarui: 26 Januari 2020   19:31 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bambang Sosatyo saat dimintai pendapat dari awak Media Dok.pri

Adalah Reso, seorang Panji yang oleh karena Wanita, perlahan tapi pasti menaiki tangga kuasa. Gelar Arya dan kedudukan senopati yang menjadikannya  puas begitu saja. Sang Ratu pun berhasil dia gagahi kala keduanya tengah dimabuk kuasa. Hingga tega menghilangkan nyawa masing-masing pasanganya.

Dengan memanfaatkan potensi pemberontakan dan konflik antar pangeran, Reso begitu mulus memainkan babak demi babak perebutan tampuk singgasana terkesan elegan. 

Sungguh prihatin nasib Pangeran Rebo yang galau saat tahta dipaksakan untuknya. Elegi cinta pun hadir dalam rangkaian cerita. Cinta karena kuasa. Hingga akhir kisah yang tragis. Penggambaran Aura mistis dari penggambaran telaga darah dan teratai yang mengambang di atasnya.

Sisipan diksi syair penuh pergolakan jatidiri ala Rendra terlantun dalam monolog yang diucap panembahan Reso. Sungguh penggambaran intrik kuasa yang patut direnungkan dan tentu saja dihindarkan dalam tata kelola kekuasaan yang sesunggguhnya.

Bambang Sosatyo saat dimintai pendapat dari awak Media Dok.pri
Bambang Sosatyo saat dimintai pendapat dari awak Media Dok.pri
Senada dengan apa yang disampaikan oleh Ketua MPR, Bambang Soesatyo yang tampak hadir menonton pentas Panembahan Reso, bahwa kisah ini masih sangat relevan dengan kondisi sekarang., meski sudah 34 tahun yang lalu.

Bamsoet menyebut dirinya sudah mengenal Rendra sejak masih menjadi wartawan pemula di Harian Prioritas (Media Indonesia Group), milik Surya Paloh. 'Tahta itu ternyata bukan kursi biasa'. Orang bisa berubah  begitu menduduki tahta. Kalau tidak menjadi semakin arif, ya semakin gila, tamak bahkan sewenang-wenang," lanjutnya. 

Begitulah, kisah Panembahan Reso, saya sendiri berharap Karya  ini bisa kembali dipentaskan pada waktu yang akan datang . Tak salah rasanya jika muatan moral dan pesan yang tersirat bisa menjadi ruang kaderisasi bagi para politisi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya agar lebih mawas diri. 

bersama Pedangdut Uci Sucita Sebagai Siti Asasin, Pembunuh bayaran Berdarah Dingin . Dok.pri
bersama Pedangdut Uci Sucita Sebagai Siti Asasin, Pembunuh bayaran Berdarah Dingin . Dok.pri
salam, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun