Dan aku tak bisa berkata-kata selain isak tangis yang membarengi tangisan Istri kang Thamrin. Aku memegang erat tangan mbak Nani. Aku tau persis beliau perempuan kuat selama ini.Â
Disamping kami, Kang Thamrin begitu tenang dalam berpulang. Tanpa suara, tanpa pamit hingga siapa yang hendak menyangka. Satu persatu tamu datang menyalami mbak Nani yang berlinang Air mata. Aku tak bergeser bahkan hingga melihat wajah Kang Thamrin yang tampak seperti orang sedang tidur.
Hingga pertanyaan sebab akibat Almarhum meninggal, akhirnya terjawab tanpa aku tanyakan. Dengan linangan air mata duka, sang istri berceritaa dengan terbata. Kemarin malam Kang Thamrin sempat keserempet mobil saat mengendarari sepeda motor. Kejadiannya hampir tengah malam, setelah seharian almarhum beraktifitas melayat sahabatanya yang meninggal. Setelahnya sempat ke percetakan di kawasan senen. Seperti biasa baru tengah malam almarhum  pulang kerumah.Â
Akibat serempetan itu, spion motor rusak, dan kemungkinan kang Thamrin sempat terjatuh. Tapi masih bisa pulang kerumah dengan tetap mengendarai sepeda motor. Tidak mau diajak ke rumah sakit. Keluhannya di bahu dan lengan. Pagi harinya, hanya minta diurut saja. Belum sempat dibawa ke tukang urut. Saat duduk di Meja makan untuk sarapan. Almarhum jatuh ke belakang hingga membentur lantai.
Demikian aku berusaha mendengarkan dengan seksama cerita mbak Nani disela isak tangisnya saat bercerita kepada tetangga sekitar yang juga kaget. Mereka pun berbisik,  Kemarin pagi masih terlihat jalan  ke Masjid untuk  shalat subuh.Â
![dok.pri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/09/03/telpon-5d6e9ba1097f366d7771dc35.jpg?t=o&v=555)
Setidaknya kompasianer  yang hadir hingga malam tadi, mewakili sekian banyak kompasianer lain yang mengenal baik Almarhum. Meski kami hanya mengantarnya selepas jenasah di shalatkan sesaat setelah shalat Isya berjamaah di masjid Komplek Angkasa Puri. Ya, malam tadi Kang Thamrin telah dikebumikan dengan tenang setelah Mas Pandu, anak lelakinya yang tinggal di Bali hadir ditengah keluarga  melihat Ayahandanya untuk yang terakhir kali.
Dan malam ini sepulang dari rumah duka,aku melihat lagi panggilan masuk siang tadi. Pukul 11.36, mungkin sesaat setelah Kang Thamrin berpulang dengan tenang itulah, mbak nani mengabarkannya padaku diiringi pecahnya tangis kehilangan.
Sugeng Tindak Kang...
Engkau telah berpulang dengan begitu tenang
Semoga Allah memberi lapang jalan menuju kekalnya Firdaus melalui sekian catatan kebaikan yang telah engkau torehkan melalui rangkaian karya selama ini