Lebih dari 3 kali aku menikmati makna perjalanan di Tanah Papua. Bahkan tahun 2008 sempat mengunjungi Pulau Mansiman yang merupakan pulau pertama masuknya Ajaran Nasrani di Papua.
Pada tiap perjalanan aku belajar banyak hal. Semakin kerap aku melakukan perjalanan semakin besar semangatku untuk belajar tentang banyak hal. Demikian fase hidupku yang terus berlangsung mempertemukanku dengan banyak orang dan banyak ruang. Padahal pekerjaan formal pertamaku begitu gemilang. Pekerjaan itu ternyata tak bisa jauh dari perjalanan dan lagi perjalanan.
Menjadi bagian dari tim ormas/ LSM dari sebuah program sosialisasi wawasan kebangsaan di sebuah kementerian yang berada di bilangan Jalan Merdeka Utara membuatku kian menempuh jalan panjang untuk mengenal Indonesia. Konon pada kementerian itulah terletak denyut nadi Republik ini. Terlebih misi yang diemban adalah menyematkan persatuan dan kesatuan bangsa.Â
Perjalanan ke pulau-pulau terluar diantaranya pulau Nipah dan Pulau Weh dengan menggunakan KRI Tanjung Nusa Nive lagi-lagi membenamkan aku pada keilmuan yang sarat makna. Ilmu kebangsaan hingga ilmu toleransi terhadap beragam perbedaan. Linta iman, lintas bahasa, lintas warna kulit, bentuk rambut apalagi lintas strata sosial.Â
Termasuk tentang kekuatan dibalik tempaan gelombang lautan yang kadang menghempas, namun kita tetap tidak karam dalam biduk kehidupan yang harus terus berjalan.
Sebuah catatan kerap aku simpan dalam kedalaman jiwa bahwa perjalanan merupakan lintasan yang terkadang harus ditempuh secara horizontal. Menjumpai mereka yang secara kasat mata berada di atas kita. Hingga menjabat mereka yang masuk dalam kelompok yang dikategorikan berada di bawah level kita.
Bahkan perjalanan pula yang terkadang membuat kita menembus batas keduanya, Horizon dan Vertikal seperti sebuah abstrak yang membaur, seperti saat berkesempatan untuk melakukan "ziarah" bersama para "Budhis" dalam Pilgrimage yang menjadi bagian dalam Borobudur International Conference.Â
Hanya nilai kebaikan yang aku petik dalam tiap perjalanan. Perjalanan sekecil apapun bentuknya menjadi asupan energy positif untuk menajamkan logika dan rasa terlebih panca indera.
Oleh karena perjalanan itu teramat dinamis dan tidak statis, maka maknailah tiap berjalanan sebagai sebuah effort agar kita bisa belajar tentang banyak hal, kepada banyak orang yang kita jumpai. Terlepas orang tersebut tidak kita kenal dan berbeda kondisi sekalipun.