Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Taman Mini dan Lahan Reklamasi, 3 Sesi untuk Sebuah Ekplorasi

12 Agustus 2019   20:18 Diperbarui: 12 Agustus 2019   20:56 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pri saat trans Jakarta melintas

Ah, 3 Sessi di Taman Mini rasanya belum cukup untuk menjadi bekal agar kita menjadi penulis handal. Apalah arti belajar menulis jika kemudian kita tidak pernah mengawali untuk menulis. 

Malam itu suasana graha wisata pun sempat memanas saat Yon Bayu memberi tantangan flash blogging kepada peserta. Hadiah uang tunai ratusan ribu rupiah langsung diberikan kepada mereka yang tulisannya terpilih. Wah selamat ya.

Keseruan belum berhenti kawan. Dihari kedua, tanggal 3 Agustus menjadi hari yang mungkin paling dinanti. Rombongan peserta pelatihan menulis diboyong untuk melihat lebih dekat dengan sumber yang saya sebut dengan istilah lahan reklamasi. Hiruk pikuk dan kontroversi penggunaan istilah Pulau hingga pantai sah saja mewarnai pemberitaan selama ini.

"Jadi kita nanti nyebrang dari mana?" Pertanyaan itu sempat saya lontarkan,sayang tidak memperoleh jawaban. Maklum, sebagai awam ketika membaca tulisan pulau maka yang ada dalam pemikiran adalah kita akan dihadapkan pada selat yang harus diseberangi. Namun apa mau dikata, 3 mini bus alias elf yang membawa rombongan menepikan kendaraannya dan sang supir mengatakan kita sudah sampai.

Beberapa peserta dari Bandung, Cianjur terlihat masih mengejar Yon Bayu dengan pertanyaan mana pantainya, mana pulaunya. Ya ini tempatnya. Penjelasan singkat bergaya ala youtuber pun sempat dia berikan.Silahkan eksplorasi, begitu ungkapnya.

dok.pri Pantai maju
dok.pri Pantai maju
Baliho berukuran besar bertuliskan anda ada di Pantai Maju menjadi fokus mengambilkan gambar dari hampir semua peserta rombongan. 

Beberapa titik difungsikan sebagai sentral kuliner alias food court. Bangunan bergaya Eropa tampak pada beberapa sisi. Sementara sisi lain masih didominasi dengan pemandangan lokasi proyek yang sebagian ditutup pembatas.

Kesan gersang masih mendominasi suasana lahan reklamasi yang diberi nama Pantai Maju. Apalah arti sebuah nama kata Shakespeare, mau pulau kek mau pantai kek, yang terpenting bagi saya adalah isi dan pemanfaatan ruangnya. Ngapain cuma ribut masalah nama jika ada hal subtanstif yang harusnya bisa dibahas.

Toh rencana reklamasi yang semula 17 pulau/lahan sudah dibatalkan dan hanya tersisa 3 hingga 4 lahan saja yang kini dalam masa pembangunan. Nah pantai Maju ini salah satunya. 

Tidak ada detail yang menyebut luasan lahan reklamasi yang kini bernama pantai Maju. Papan proyek pun tidak sempat saya temukan karena terbatasnya ruang eksplorasi yang saya lakukan.

Wajar jika pada beberapa bagian lahan proyek tidak bisa dimasuki dengan bebas oleh orang yang tidak berkepentingan. Bukan soal politis, sebagai perempuan yang pernah tinggal dilokasi proyek pembangunan saya tau persisi resiko keselamatan saat kita berada diantara alat berat dan tanah yang belum stabil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun