Ibukota tak ubahnya menjadi magnet yang bisa menarik siapa saja untuk beraktifitas di dalamnya. Termasuk saya yang kerap wara wiri di ibukota dan sebulan terakhir akhirnya memilih untuk kembali menetap di kota satelit yang mengelilinginya. Mobilitas antar ruang di ibukota sedemikian dinamis seiring dengan laju pertumbuhan sarana transportasi massa.Jujur saja saya sedemikian menikmati meski terkadang macet menghantui.Â
Pejalan, adalah penyederhanaan dari traveling ala saja. JIka selama ini travelling identik dengan pesiar di sekitaran tempat lokasi tenar dengan sekian budget anggaran dan "itinarey",maka menjadi pejalan adalah sebentuk kata yang paling amat sangat sederhana dari melancong. Tak harus menghabiskan sekian banyak uang dan detail waktu dan tempat yang akan dituju tak ubahnya sebuah konsep pejalan Ibukota ala saya.
Setiap titik di Ibukota memiliki potensi yang menarik. Tergantung sudut pandang kita dalam menikmati. Tak harus ke ragunan, Taman Mini,Ancol sebagai ikon wisata Jakarta. Bagi saya, Salemba, Kampung Melayu Hingga tanah abang pun punya nilai wisata yang anti mainstream. Lihat saja bangunan Fakultas KEdokteran UI salemba. Memasuki kawasanya berasa tengah  berada di Eropa yang menyajikan banyak bangunan berarsitektur kuno.
Jangan salah,keberadaan moda transportasi massa menjadi faktor utama ketika saya menghabiskan waktu sebagai pejalan Ibukota.BusWay atau yang kini lebih dikenal dengan Trans Jakarta misalnya, siap mengantarkan kita ke titik-titik ibukota yang sejatinya menarik untuk ditelisik. Apalagi sekarang banyak layanan bus wisata yang terintegrasi dengan beberapa halte pengumpan Trans Jakarta.Â
Bus tingkat dengan interior yang menarik dan warna warni yang atraktik ini memiliki bebarapa trayek perjalanan wisata ibu kota.City tour demikian para travelling hits menyebutnya. Menariknya lagi ,bus ini tidak memungut biaya bagi para penumpangnya alias gratis. Keliling ibukota gratis sembari menunggu waktu berbuka,itulah salah satu hobby saya. Lagi-lagi hanyalah sebagai pejalan ibu kota.
Lebih asyik ketika kita mengambil posisi tempat duduk di lantai 2 bus. Melihat pemandangan di kejauhan pun lebih leluasa. Tak jarang banyak wisatawan lokal yang datang dari berbagai daerah memanfaatkan keberadaan bus ini untuk menikmati sisi lain ibukota.
Trayek lain bus wisata ini adalah Balaikota DKI- Taman Kalijodo. Lokasi balaikota propinsi DKI Jakarta yang dekat dengan Monas menjadikan bus wiasata ini dilirik bagi mereka yang ingin melancong ke kawasan Monas.Â
Jika ingin menempuh perjalanan yang lebih lama karena jarak yang cukup jauh dari  Jakarta pusat ke Jakarta Barat dengan tujuan akhir taman Kalijodo,maka trayek ini bisa menjadi alternatif trayek Istiqlal-kota tua
Melihat bangunan tinggi, suasana jalan yang lengang hingga ramai kerap menjadi inspirasi bagi saya. Maklum selain hobby jalan, saya tengah menekuni dunia tulis menulis yang tentunya butuh pasokan ide dan inspirasi. Menjadi pejalan ibukota merupakan hobby yang sangat menunjang penyegaran pemikirian dan menghindarkan saya dari sebuah stagnasi.
Mengamati wajah-wajah penumpang,melihat lalu lalang kendaraan,bangunan pencakar langit,hingga terkadang menemukan realitas sosial yang kurang semestinya menjadikan saya menempuh lorong pemikiran yang kerap disebut dengan istilah kontemplasi. Padahal sih tak ubahnya dengan  kita melamun.
Buktinya, saat menjelang berbuka,bus yang saya naiki tersebut kembali membawa saya ke tempat semula,yakni sekitaran masjid Istiqlal.Al hasil waktu berbuka saya segerakan setelah hampir seharian saya melakukan tadabbur sosial
Ada yang mau mencoba??
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H