Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Andhum Basuki: Sebuah Filosofi Berbagi

6 April 2019   06:53 Diperbarui: 6 April 2019   07:04 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gass poll, begitu konsep tour hari pertama. Begitu sampai, mbah ukik beserta istri langsung memboyong kami menuju kawasan Tumpang, tepatnya desa Tulus Besar. Di tengah perjalanan, isi bensin alias madyang ala breakfast and lunch kami lakukan. 

Sebagai tuan rumah, mbah ukik tangap ada kompasianer yang doyan gerebeg makanan dimana mana. Pagi menjelang siang kala itu pun menjadi saksi, si bozz madyang menikmati sajian Sego Tempong khas Banyumas sembari memandang sawah yang menghampar sebagai bonus pemandangan yang jarang ditemui di resto atau warung Ibukota.

dokpri
dokpri

Setibanya di Tulus Besar, kami bergant moda transportasi dari yang semula sedan feminim menjadi kendaraan macho, Jipp Kapasitas 6 orang penumpang. Mbah Ukik pun mengenalkan driver Jipp dari komunitas Gimbal Alas  Indonesia bernama mas Agus. 

Dengan Jip yang tampak tangguh ini juga selama dua hari berturut-turut kami akan menjelajah Kawasan yang masuk dalam wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. 

Siang yang menyengat terasa begitu bersahabat bagi perjalanan menuju destinasi pertama, Desa Ngadas Kecamatan Ponco kusumo Kabopaten Malang. Tak sedikit pun lelah terpancar dari wajah kami. Jipp memasuki kawasan nan asri, sejuk berseri. 

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru begitu menyajikan pemandangan hutan yang teramat perawan dari kejauhan. Meskipun Mbah Ukik sempat memperlihatkan sebagian kawasan hutan yang tampak berkurang kerimbunannya.

Bagi saya yang lebih dari 3 kali melintas kawasan Lawu, medan terjal menuju Bromo menjadi khasanah yang seolah menggenapkan ruang jelajah saya selama ini. Meski keindahan antara Lawu dan Bromo bukanlah untuk saling cari siapa yang lebih diantara keduanya. 

Bagi saya, Lawu, Bromo,Slamet hingga Gunung-gunung lain yang menjadi penanda negara kita kita adalah negara cincin Api  menjadi simbol kebesaran Ilahi. Sekaligus menjadi perantara Syukur tak terperi bagi insan yang diberi kesempatan untuk menikmati keindahan alam nan hakiki.

Matahari sudah lewat sepenggalah saat rombongan kecil kami memasuki kawasan desa Adat Ngadas. Sekitar 1 jam perjalanan dari Tumpang memngantarkan kami pada sebuah peradaban anak negeri. Wonderfull Tengger. kabut Sebagian menyelimuti areal Ngadas. Sejuk napa dingin yang menusuk. Tenang bak akan menjadi tempat yang selalu dikenang.

dokpri
dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun