Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mami Uno di antara Etika dan Parenting

19 Februari 2019   07:07 Diperbarui: 19 Februari 2019   07:37 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Wolipop.detik.com

Perkenalkan perempuan cantik, elegan dan penuh pesona ini memiliki nama lengkap Rachmini Rachman. Panggil dia Mami Uno. Sejak tahun 1980-an mami Uno tampil sebagai tokoh perempuan yang mampu menjadikan etika sebagai prioritas dalam hidupnya.

 Sebulan lalu Mami Uno tampil heboh membela anak "ragil"nya. Mami Uno tidak sedang berganti profesi dari pakar etika dan tata krama menjadi seorang pengacara. Sang anak, sandiaga Uno yang sedang mencalonkan diri sebagai Cawapres dari kubu 02 pun tidak sedang dilanda masalah hukum.

Sandiaga Uno hanya sedang bermasalah secara hukum media sosial ala netizen melalui tagar SandirawaUno. Apa salah? Bukankah dari awal kemunculannya sebagai Cawapres Prabowo memang kerap mencuri perhatian netizen dengan apa yang disampaikan. Bahkan apa yang dilakukan? Wajar jika kemudian berbagai reaksi muncul, bukan menghujat melainkan mengolok-olok atas sikap "kolokan" si anak Mami Uno.

Bukan salah mami uno mengandung, membesarkan, mendidik hingga kemudian saat sang anak menjadi cawaprespun harus turun tangan membela Sandi yang berwajah seimut anak mami. Mengadu dengan cara bagaimanakah Sandi sehingga mami Uno berang dan menantang mereka yang mengolok-olok anaknya melalui media sosial.

Ah mungkin dihadapan Sang mami, Mas Sandi (begitu panggilan sang mami Uno) selama ini terlihat sebagai anak manis, penurut, santun dan penuh etika. Namun agaknya mami Uno sedikit kecolongan manakala anak emasnya itu sudah lepas Keluar dari radar pantauan mami Uno.

Saya yakin dan percaya, bekal etika dari Mami Uno buat Sandi sudah lebih dari cukup. Tak kurang-kurang mami Uno mensupport etika, doa , hingga mungkin sumbangsih materiil keluarga untuk keberhasilan politik anaknya. Bukan hanya saat ini saja, melainkan saat Sandi maju menjadi wakil Gubernur Jakarta pun, Mami Uno tentu all out mengerahkan jejaring praktisi dan binaan sekolah etika-nya yang selama ini sudah dikenal dikalangan luas

Kasih ibu memang sepanjang massa. Mami Uno pun rela turun tangan hingga menggelar konferensi pers. Tak tanggung-tanggung, lokasi yang dipilih mami Uno adalah di sekretariat Badan Pemenangan Pemilu (BPN) capres cawapres 02. Mami Uno, pun tampil mewakili 3 sosok sekaligus. Sebagai ibu dari Sandiaga Uno, Sebagai Ahli Etika dan sebagai politisi perempuan. Yang membela cawapres yang didukungnya sepenuh jiwa raga.

Sebagai sesama perempuan saya bangga sekaligus belajar mawas diri dengan kemunculan mami Uno yang ujug-ujug menatantang orang (netizen) yang telah dianggap menghujat anaknya. Mami Uno pasang badan. Perempuan itu seperti sedang "Klangenan" dengan masa-masa emas membesarkan Sandi 30 tahun lalu. 

Dear mami Uno, Bukankah mas Sandi kini bukan anak kecil lagi? Mas Sandi kini sedang berebut kursi panas pemimpin republik ini lho. Bukan sedang berebut mainan, permen atau roti dengan teman TK atau teman main masa kecilnya dulu. Jangan membuat mas Sandi terkesan kembali menjadi anak ingusan donk Mami. Biar bagaimana pun Mas Sandi butuh berlindung dibalik bayang-bayang nama Mami Uno. Jika nama besar mami Uno hancur, mas Sandi tidak akan ikut membesar seperti sekarang.

Siapa bilang seluk beluk parenting  hanya berlaku bagi mereka yang memiliki  anak usia 0 tahun hingga remaja saja? Parenting ala Mami uno berlaku khusus hingga anaknya sudah remaja akut. Padahal selama ini Sandi tumbuh dan bergaul hingga ke Amerika sana. Bukankah parenting luar negeri dikenal dengan mendidik kemandirian anak sedini mungkin? 

Atau sebenarnya mami Uno sedang membuat terobosan yang inovatif menggabungkan antara ilmu etika dengan ilmu parenting yang belaku hingga anak-anaknya memasuki ambang batas manula?

Mami Uno ini agaknya sudah kerasukan "ruh" emak-emak politik yang belakangan trend membela capres cawapres pujaannya. Ah sungguh disayangkan mami Uno harus terkesan turun kelas dengan ikut turun tangan untuk urusan remeh temeh.

Nama besar mami Uno tentunya menjadi modal sosial pun modal politik yang cukup berkelas lagi bergengsi. Andai mami Uno bisa menahan diri dan mengalihkan bentuk pembelaan kepada anaknya dalam bentuk lain. Pasti akan lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Etika pergaulan, etika diri, tata Krama sopan santun yang selama ini mami Uno ajarkan memang menjadi unsur yang signifikan dalam membentuk kepribadian. Namun zona politik, belum bisa mengadopsi etika ala mami Uno sebagai satu-satunya norma sosial yang berlaku. Etika politik sebagian masih sebatas teori. 

Politik zaman now jelas beda dengan politik orde baru dimana semua bisa "sendika dawuh". Semua harus sopan dihadapan Presiden. Tidakkah mami Uno membaca hujatan media sosial terhadap Presiden Jokowi selama ini? Lebih sadis lho mami.

Presiden yang sudah menjabat saja bisa sedemikian tenang menanggapi kritik netizen yang lebih dari sekedar pedas. Mami Uno lupa ya, Mas Sandi kan baru Calon Wakil Presiden? Belum menjadi Wakil Presiden..jadi biarlah mas Sandi belajar bahasa-bahasa diluar pakem etika ala maminya.

Dan foto-foto berikut bisa semoga bisa membuat mami Uno lebih mengenal Mas Sandi jika berada di luaran. Inikah etika atau adab Sandiaga Uno? Jangan-jangan di depan Mami Uno dia menjadi anak manis, sementara begitu jauh dari Mami Uno, Sandi mengeluarkan jatidiri yang sebenarnya.

sumber : DetikNews.com
sumber : DetikNews.com
sumber : Malangtimes.com
sumber : Malangtimes.com
suara.com
suara.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun