Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Politik

46 Tahun "Moncong Putih", Riwayatmu Dulu

10 Januari 2019   23:10 Diperbarui: 10 Januari 2019   23:31 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun 1998 menjadi babak baru PDI kepemimpinan Megawati. Sesaat setelah Soeharto lengser, Pada tanggal 8-10 Oktober 1998 PDI menggelar Kongres ke-V di Denpasar Bali yang secara Aklamasi mendaulat kembali Megawati sebagai ketua umum PDi periode 1998-2003. KOngres rakyat, begitu warga PDI menyebut konsolidasi partai dengan penuh suka cita. Meski demikian, pemerintah masih tetap mengakui Soerjadi sebagai ketua PDI yang sah.

 PDI Menjadi PDI Perjuangan 

Pemilu tahun 1999 menjadi peluang emas bagi PDI kepemimpinan Megawati untuk menunjukkan kekuatan riil dukungan massa arus bawah. Megawati mengambil langkah merubah nama PDI menjadi PDI Perjuangan pada tanggal 1 Februari 1999. Disahkan oleh Notaris Rakhmat Syamsul Rizal. Dideklarasikan di Istora Senayan Jakarta pada tanggal 14 Februari 1999.Sekedar pengingat, Meski kerap orang menyebut PDIP, namun sejatinya dalam AD/ART Penyebutan partai moncong putih ini secara lafal dan penulisan haruslah tetap PDI Perjuangan.

Sejumlah 48 partai politik tercatat sebagai peserta pemilu 1999. PDI Perjuangan dengan nomor urut 11. Sementara PDI Soerjadi bernomor urut 32. Setelah mengalami nestapa politik era orde baru, PDI Perjuangan dengan gemilang keluar sebagai pemenang pemilu 199 dengan perolehan suara sebanyak 35.689.073 (33,74%). berhasil meraih 153 kursi DPR RI. Sementara Golkar berada di posisi kedua dengan perolehan suara 23.741.749 (22,44%) dengan 120 kursi DPR RI. PPP diurutan ketiga dengan suara sebesar 11.329.905 (12,55%).

Sementara kemunculan Partai baru seperti PKB meraih 13.336.982 (12,61%), PAN 7.528.956 (7,12%), PBB 2.049.708 (1,94%), Partai Keadilan 1.436.565 (1, 36%), Partai keadilan dan Persatuan 1.065.686 (1,01%) dan partai politik lain hanya memperoleh suara dibawa 1 % saja.Nama PDI Perjuangan seakan menjadi berkah bagi jajaran PDI. Menyusul terpilihnya Megawati sebagai Wakil Presidn RI mendampingai KH. Abdurrahman Wachid (Gus Dur).

Sebuah kebijakan organisasi yang menghendaki mekanisme konstitusional pun ditempuh oleh PDI Perjuangan. KOngres I pasca perubahan nama menjadi PDI Pejuangan dilaksanakan di Semarang JAwa tengah tahun 2000. sekaligus sebagai ajang konsolidasi. Dinamika internal masih kuat terasa dengan munculnya nama pesaing Mega antara lain Dimyati Hartono dan Eros Djarot. Namun Massa arus bawah tetap menghendaki Megawati menjabat sebagai Ketua Umum sehingga kali kedua terpilih lagi melalui kongres I PDi Perjuangan.

KOngres ke II PDI Perjuangan tahun 2005 yang digelar di Bali tidak kalah seru. Kembali PDI Perjuangan diuji soliditasnya pasca meraih peluang di lingkar pemerintahan. Sesaat setelah pemilu 2004 yang menjadi momentum turunnya peringkat PDI Perjuangan keposisi kedua, Partai Moncong putihpun harus rela membuka lembaran baru sebagai partai oposisi.Meski beruntung, riak-riak kecil pasca kongres II yang memunculkan Partai Demokrasi Pembaharuan (PDP). Sebuah sempalan baru dibawah kepemimpinan Roy B.B Janis. Tak lama kemudian PDP karam akibat perpecahan antara Roy Janis dan Laksamana Sukardi.

PDI Perjuangan kini sudah 4 kali menyelengarakan kongres dan Megawati tetap bertahan dengan kepemimpinan yang belum terbantahkan.Megawati kini tidak lagi sendiri dalam mengelola partai.Terlebih Setelah berhasil menorehkan sejarah sebagai Presiden Perempuan pertama Indonesia. Megawati pun kian mantap menakhkodai partai yang telah banyak makan asam garam politik. Meski jika ditanya tentang rasa, ada pahit getir yang turut mewarnai pasang surut perjalanan PDI Perjuangan dulu hingga kini.

Sejak kongres I PDI Perjuangan, Megawati didampingi oleh pengurus DPP mengarungi biduk politik. Dari belasan pengurus hingga puluhan pengurus Pusat bergotong royong menjalankan laju politik menyesuaikan perkembangan zaman. Mereka yang pernah tercatat sebagai anak zaman silih berganti melakukan regenerasi.

Tulisan ini tayang juga di Pepnews.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun