Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Srikendi Mencari Cinta

5 Januari 2019   07:23 Diperbarui: 5 Januari 2019   07:35 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah di sebuah desa nan telah tersusupi unsur milenials bernama Gagah Dara, tersebutlah perempuan jelita yang tidak mempan oleh prahara cinta. Meski dalam sebuah bilik jiwa nun tersembunyi lagi melalui pintu rahasia, ia kerap merasakan nestapa asmara. Ia senantiasa mengunci rapat-rapat bilik nestapanya. Disiapkannya gerendel dan gembok khusus agar tak sembarang kunci bisa membukanya. Sebab ini bukan bilik asmara, sebuah tempat yang menjadi lokasi bercinta sesaat saja.

Sadar dirinya hanya perempuan desa, dia pun harus puas lagi bangga tatkala Simbok dan Bapaknya memberinya nama pasaran namun sarat Makna.  Sri Kendi, bukan Sri Kandi. Ada selubung tabir terkait nama yang melekat. 

Hingga kelak suatu saat, akan membuat kisah Sri Kendi mengalahkan jalan cerita nan panjang lagi mengular layaknya sinetron tersanjung di zaman yang telah lewat. Beruntung, Sri kecil tumbuh di sebuah keluarga terpandang yang menjadikannya tumbuh menjadi gadis sempurna dimata hampir semua yang memandangnya.

#####
"Sri..."
lirih bibir mungil merah jambu yang nyaris tak kenal gincu itu berujar dalam sebuah momen perkenalan

Sementara sang pemuda nanar memandang tubuh sintal perempuan dihadapannya nyaris tak berkedip .

Ini kali kesekian pemuda datang silih berganti dikenalkan pada Si Sri, anak semata wayang Mbok Lurah.
Aki Pari, Sang Bapak yang menjadi juragan beras puluhan tahun itu nyaris menyerah membujuk Srikendi, nama lengkap si Sri untuk lekas memiliki suami.

"mau mencari laki-laki model apa tho kamu itu Sri,,,sri..."
Aki pari hanya bisa mengelus dada

Srikendi masih tidak belum menunjukkan tanda jika hatinya menerima Thoyib. pemuda desa yang sudah berpengalaman merantau di Kota dan sudah tiga lebaran tak pulang-pulang. Konon kepulangan Thoyib ke desanya atas pesan khusus mbok lurah agar bisa membantu menaklukan tingginya tembok cinta yang menutup hati Sri Kendi. Dengan cara apapun, Thoyib satu satunya pemuda desa yang menjadi harapan mbok Lurah. 

Mbok Lurah sudah mengerahkan pemuda dengan tampang lumayan di desanya untuk memikat hati anak gadisnya. Sebelum dipertemukan, tak jarang para pemuda itu diminta menjalani laku tirakat, puasa weton, mandi kembang hingga mendapat bekal jopa japi dari mbah kowor dukun kondang tetangga desa.

Namun aura keperkasaan Srikendi tak mampu ditembus begitu saja. Pemuda-pemuda tersebut tak mampu membuat Sri tergila-gila. Yang ada malah sebaliknya, ada salah satu pemuda yang justru gila akibat cintanya ditolak mentah-mentah oleh Srikendi.

Tak ingin bernasib sama dengan para pemuda sebelumnya, Thoyib tampil beda. Mental kelaki-lakian yang pantang mundur telah terbentuk selama dia merantau di Kota. Jangankan Srikendi, dulu ada artis kelas teri yang akhirnya berhasil dia pacari meski hanya untuk sekedar cari sensasi.

Bermodal kamera butut, Thoyib diam-diam kerap mengikuti aktifitas Srikendi saat mandi di kali ataupun belanja di pasar "krempyeng" di ujung Desa. Layaknya seorang paparazzi thoyib berhasil meng-"candid" wajah Srikendi yang memang rupawan. 

Meskipun Sri Kendi anak semata wayang Mbok Lurah desa Gagah Dara , namun Sri kendi tetap menjalani kehidupan yang bersahaja layaknya gadis desa kebanyakan

Dia tidak alergi jika harus mandi di kali. Tiap pagi pun belanja di pasar dengan membawa tas jinjing dari berbahan anyaman tikar pandan ia jalani dengan senang hati. Sri kendi hobby berbelanja. Lihai dia memilih barang belanjaan dengan seni tawar menawar dengan para pedagang. 

Sri Kendi pun punya bakat tersembunyi layaknya perempuan penyabet penghargaan Menteri Keuangan Terbaik yang bernama Sri Mulyani. Bisa jadi  Tuhan memang melekatkan talenta ekonomi bagi perempuan yang bernama Sri. 

Dalam ikhtiar lahir batinnya untuk memperoleh hati Sri Kendi, diam diam Thoyib mengoleksi foto-foto hasil jepretan tersembunyinya atas tiap aktifitas yang Sri Kendi lakukan. Dalam foto-foto itu Sri kendi tampak ayu. Pancaran paras cantik dan aura perempuan berwibawanya tampak dalam tiap pose yang ada. Bak ketiban pulung, Thoyib yang sedikit banyak melek internet melihat pengumuman lomba foto amatir meelalui jejraing dunia maya. 

Tak ayal lagi insentitas Thoyin dalam berselancar di dunia digital melalui hape bututnya kian meningkat tajam. Meski kadang untuk mencari sinyal, harus berjalan ke ujung desa menjauhi perbukitan yang selama ini banyak didatangi justru untuk sekedar selfie. 

Tabungan hasil kerja di Kota dia maksimalkan untuk modal membeli quota internet. Bukan sebuah kebetulan tatkala  lomba foto amatir tersebut bertema kecantikan alami perempuan Indonesia. Hadiahnya uang milyaran rupiah. 

Iseng , Thoyib pun mengirimkan aneka pose Srikendhi. Singkat cerita warga desa bahkan seisi dunia gempar akibat tersiarnya kabar Thoyib mendadak kaya dengan uang Milyaran.Hasil dari hadiah lomba Foto amatirnya. Thoyib pun kaya dalam tempo 45 hari kerja setelah pengumuman pemenang berikut dikirim data diri ke panitia lomba.

Setelah uang tunai hadiah lomba sudah di tangah, "pelet Jepang" pun dia gunakan untuk memikat hati Srikendi. Sederet Mobil mewah pun motor gede Thoyib perlihatkan pada Srikendi layaknya tukang sulap yang membuat melongo orang yang melihatnya.

Luluh...akhirnya Srikendi menerima pinangan Thoyib dengan perjanjian Pranikah bahwa semua kendaraan dan kepemilikan harta Thoyib harus dipindahnamakan atas nama Srikendi. 

Namun apakah cinta Srikendi terhadap Thoyib semudah membalikkan telapak tangan hanya karena kekayaan yang thoyib miliki semata? Sematre itukah Sri kendi? 

Nantikan terus di Kompasiana ya...

####

Tulisan ini hasil eksplorasi fiksi mini karya sendiri yang diikutsertakan Tim Ludruk Challange akhir Deseember 2018
ada inspirasi tersendiri saat menjadikan tulisan fiksi sebagai sebuah penyeimbang ditengah hiruk pikuk dunia persilatan politik jelas pilpres 2019..
semoga bisa terus mengekplorasi ceritanya menjadi karya yang berkelanjutan dan berkenan untuk dibaca

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun