Ya, Jakarta sungguh menjadi miniatur Indonesia, bahkan dunia. Paradigma multi etnis-multi kultural juga haruslah menjadi nafas kebijakan Anies Baswedan yang sekarang ini masih saja sendirian menjalani kepemimpinan DKI.
Keseleo lidah seperti saat menggunakan istilah 'pribumi", jalas akan mengundang kontroversi yang tak berarti. Berhati-hati dalam berucap menjadi hal yang harus Anies lakukan, jika tidak ingin mengikuti jejak pendahulunya. Meski sekarang ini, salah ucap sedikit saja bisa fatal akibatnya.
Lagi-lagi, Jakarta menjadi cermin besar yang bisa dilihat oleh warga diseantero Indonesia bahkan dunia. Kabar yang muncul di wilayah Jakarta, akan dengan cepat viral di berbagai media.
Seperti halnya  realisasi anggaran KTP binatang misalnya. Program pemerintah DKI yang belakangan marak beredar di media sosial dan santer mengundang kontroversi. Sebagai pecinta binatang khususnya kucing, sempat terbersit pemikiran betapa tidak adilnya program ini. Kenapa hanya anjing saja? lantas bagaimana dengan kucing?
Ah, tentu bukan anjing atau kucingnya yang perlu menjadi bahan perdebatan. Melainkan sejauh mana DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Anies, bisa menunjukkan komitmen betapa humanisme mendapat ruang . Tak terkecuali rasa peduli terhadap binatang sekalipun.  Terlepas siapapa pun nanti pengganti Sandi, Anies Baswedan harus tetap menjadi figur yang ramah. Menjadi diri sendiri dengan segala potensi pemikiran layaknya seperti  masa dulu.Â
Jika dulu Anies mampu mewujudkan  gagasan seperti gerakan turun tangan para relawan hingga gerakan Indonesia Mengajar, kenapa sekarang tidak? Bukankah Jabatan sekelas Gubernur sekalipun tidak menjadi penghalang bagi munculnya ide brilian dalam kapasitas seseorang?! Tetaplah ramah dan murah senyum pak Anies Baswedan. Pilpres 2019 nanti menjadi tahun politik yang memiliki arti tersendiri bagi Anies.
Anies Baswedan Diantara Sandi Dan Jokowi
Dia memilih bertahan dengan jabatan Gubernur DKi yang ingin diemban selama genap 5 tahun. Sementara pasanganya, Sandiaga Uno memilih sebuah lompatan kepemimpinan, dari Wakil Gubernur DKI menjadi kandidat Wakil Presiden. Sebuah kondisi yang cukup pelik. Tampuk kepemimpinan Anies menuju DKI -1 sempat  diwarnai dengan perpindahan haluan politik.
Tentu, tidak serta merta dikaitkan secara langsung bahwa Anies Tersingkir dari kabinet Jokowi hingga kemudian dia mendapat peluang menjadi DKI-1. Atas hiruk pikuk politik yang sempat melanda Jakarta, fase itu berlalu. Dan kini Anies telah menentukan posisi dan pilihannya. Sebagai GUbernur DKI, lengkap dengan pilihan mendukung Sandi.Â
Langkah pertama cukuplah tepat bagi Anies. Namun apakah kemudian disusul dengan dukungan terhadap Sandi kemudian segala seuatunya menjadi kian tepat?.
Hal yang harusnya menjadi perhatian Anies sebelum 100 % menunjukkan dukungannya mensukseskan Sandi adalah memastikan siapa orang yang akan menggantikan Sandi. Ya, biar bagaimanapun sebagai Gubernur membutuhkan Wakil. Apalagi Pilpres 2019 sudah didepan mata.