Mohon tunggu...
Tamita Wibisono
Tamita Wibisono Mohon Tunggu... Freelancer - Creativepreuner

Penulis Kumpulan Cerita Separuh Purnama, Creativepreuner, Tim Humas dan Kemitraan Cendekiawan Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menelisik Perempuan HTI, dari Kampus untuk Khilafah yang Entah

1 Oktober 2018   23:45 Diperbarui: 2 Oktober 2018   16:33 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman itu membuat saya mahfum bahwa perempuan memiliki harga yang tinggi dalam sebuah organisasi. Apalagi bagi HTI yang konon ingin mengganti demokrasi dengan sistem khilafah. Tanpa Perempuan-perempuan cerdas itu , HTI tidak akan tumbuh subur. Meski akhirnya harus menerima kenyataan pahit, harus bubar sebelum khilafah di Indonesia resmi berkibar. Militansi perempuan HTI tentu tidak diragukan lagi. Demo turun ke jalan membawa serta anak-anak dibawah umur hingga menuruti perintah suami untuk menjadi martir bom bunuh diri pun bisa mereka lakukan

Setelah HTI bubar, kemana perempuan-perempuan HTI itu akan berteduh?. Sekali lagi. Perempuan HTI bukanlah emak-emak milenial. Mereka ditempa dengan doktrin sedemikian rupa. JIhad dalam diri mereka untuk menegakkan khilafah membuat mereka memiliki kekuatan feminisme dari barat yang selama ini membuat mereka sengit. Perempuan HTI di usianya yang tergolong muda, harus menjadi tulang punggung sekaligus penyambung lidah khilafah versi mereka.

Demontrasi ala perempuan HTI bukan demontrasi asal-asalan. Atribut, slogan dan aneka perangkat matang mereka siapkan. Gerakan masif mereka berada di ruang-ruang intelektual. Meski kemudian mereka menyeringai ditiap elemen gerakan radikal, frontal dan dan kaya akan akal. Wajar saja, HTI sebagai partai Internasional., tentu disupport penuh oleh kekuatan dunia yang ingin memperlihatkan taring ke-khilafahan mereka di bumi Pancasila. Atas nama dakwah mereka memasukkan dogma keyakinan akan masa keemasan bersama gerakan yang mereka cita-citakan.

Gencarnya media penyampai pesan khilafah mereka maksimalkan. Ruang keluarga, ruang agama, HIngga ruang pendidikan menjadi lahan strategis untuk melakukan transformasi nilai. Sosialisasi melalui media sosial terbukti masih aktif meski HTI telah resmi dibubarkan.  Seperti penelusuran saya di akun media sosial yang saya capture berikut ini.

Dok. Prioritas Capture medsos salah satu perempuan HTI yang masih aktif menyampaikan pesan khilafah hingga saat ini
Dok. Prioritas Capture medsos salah satu perempuan HTI yang masih aktif menyampaikan pesan khilafah hingga saat ini
Perempuan HTI nasibmu kini. Demi tetap tegaknya Khilafah ala Hizb Ut Tahrir bereproduksi dengan cara membelah diri layaknya amoeba pun yakin mampu mereka jalani. Tidaklah kalian bangga dengan Perempuan Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika?. Jatidiri perempuan Indonesia terkikis demi cita-cita sistem khilafah yang masih entah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun