Jika bertandang ke sebuah kota, ahtau mungkin berkunjung ke suatu acara, salah satu hal yang akan diingat adalah makanan yang dihidangkan. Begitulah kenapa kuliner menjadi  salah satu jamuan yang wajib ada. Hal itu pula yang menjadikan kuliner menjadi bagian tak terpisahkan dari wisata yang trend dengan sebutan wisata kuliner
ICD (Indonesia Community Day) boleh saja berlalu. Seminggu dua Minggu, sebulan dua bulan bahkan manakala ICD berikutnya datang. Namun sungguh, ICD tahun 2018 di Malang, Bolang sebagai tuan rumah sukses dengan suguhan menu kuliner  yang mengesankan.Â
Bukan tanpa cerita manakala menempuh perjalanan semalaman dari Jakarta, Bandung, hingga Medan, Jogjakarta, Mojokerto,Lumajang dan Madiun tentunya.Â
Saat jam makan siang tiba Kompasianer yang dalam WA grup disebut dengan rombongan sepur ditambah beberapa lainnya termasuk bozz madyang diajak mengunjungi warung Cak Per.
Tidak butuh waktu lama untuk menuju "TKP", yang menjadi lokasi jamuan makan siang rombongan Kompasianer luar Malang. Tak jauh dari Taman Krida budaya, masih berada di bilangan Sukarno Hatta atau yang beken dengan sebutan Suhat. Didampingi oleh punggawa Bolang mas Yunus dan Mas Hery, kamipun disambut hangat oleh owner usaha kuliner dengan brand lokal ayam bawang.
Sebagian kecil ada yang malu-malu karena sudah terlanjur menikmati santap siang nasi bakar ala Bolang. Namun sebagian besar justru memperlihatkan wajah-wajah sumringah ala wisatawan domestik yang mendapatkan privilledge makan siang secara cuma-cuma.
Ekstrimnya lagi, Cak (panggilan untuk laki-laki dewasa, semacam mas, bang dsb ala Jawa timuran) Per yang punya nama asli Cak Ferry ini membuka usaha kuliner dengan konsep prasmanan. Silahkan ambil suka-suka, tanpa kuatir mahal harganya. Itulah kenapa diatas disebut sebagai kuliner ala mahasiswa. Harganya kisaran 7 ribu hingga 10 ribuan saja.
Wajar memang, Malang selain kota tujuan wisata, juga merupakan kota jujugan para mahasiswa untuk meraih cita-cita. Terdapat universitas negeri ternama dan beberapa kampus swasta lainnya. Potensi inilah yang menjadi magnet bagi para pelaku usaha  untuk membuka aneka usaha kuliner yang mampu memenuhi kebutuhan dan gaya hidup ala mahasiswa.
Tanpa basa basi, ketika ditawarkan dua pilihan, ngobrol dulu atau makan? Serempak semua memilih makan dulu, baru setelah itu dilanjutkan dengan obrolan seputar kuliner ayam bawang Cak Per. Begitulah, gaya khas pegiat salah satu komunitas penggila kuliner kala sedang menggerebeg target. Meski kali itu, murni jamuan bolang yang didukung penuh oleh ayam bawang Cak Per Malang.
Sembari menunggu giliran mengambil makanan, sebagian pun langsung foto-foto syantik. Bisa dibilang, area lesehan ini menarik untuk menjadi background foto-foto. Jika ditambah beberapa ornamen tiga dimensi berupa patung ayam, atau pernak pernik berbentuk aneka menu ayam ditambah pencahayaan yang cukup, layak deh masuk kriteria tempat instagramable.
Tidak berlama-lama, satu persatu dari kami beranjak dari area lesehan yang terletak di belakang menuju area penyajian yang letaknya di depan. Diantara kedua area tersebut, terdapat area makan dengan kursi dan meja bagi yang menghendaki santap makanan dengan posisi duduk non lesehanÂ
Dalam etalase kaca, terhidang beberapa jenis lauk pilihan. Sebut saja ayam (krispi dan teriyaki),bebek, Bandeng Presto, lele krispi, sosis, hingga Tempuran. Tak hanya itu, jika biasanya menu ayam, bebek, lele disanding dengan lalapan. Cak Per menyajikan konsep yang berbeda . Terdapat pilihan aneka sayur masak. Antara lain tumis kangkung, oseng tauge dan terong goreng.
Dan menu ala mahasiswa ini pun tidak sempurna tanpa tambahan sambal yang beraneka macam beserta kerupuk. Nasinya pun boleh ambil sepuasnya. Semua self servis kecuali untuk minuman, dipesan saat memperlihatkan jenis lauk yang dipilih di meja kasir.
Hmmmm, tak hanya sambal yang istimewa diantaranya sambal ijo, terasi, tomat, bawang, dan cak cuk. Ada kuah kuning yang terbuat dari santan dan rempah-rempah yang bisa diguyurkan diatas nasi lho. Jadilah menu ayam bawang berkuah kuning khas Cak Per.
Harga dan konsep boleh saja  berorientasi pada segmen mahasiswa, namun bagi saya cita rasa yang tersaji tak kalah nikmat dengan brand ayam ternama yang relatif mahal harganya.
Sastttt...tanpa sengaja, saya akhirnya mencicipi lele krispi juga lho. Dengan tampilan special, lele krispi Cak Per ini relatif  lebar. Lele yang sering kali digoreng utuh, difillet dan dibuka hingga kedua sisi daging lele berdampingan. Unik juga ya...krispinya jadi maksimal.
Atau mungkin menunggu ICD yang akan datang?
Salam kenyang...
Terima kasih Cak Per dan Bolang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H